Prabu Matsywapati raja Wirata, tidak menyangka ternyata para abdi dalem yang menyelamatkan kerajaannya dari pemberontakan Trigarta dan patih Kicakarupa adalah para ksatria Pandawa yang masih tergolong cucu-2 nya.
Rasa terimakasih sang raja ingin di wujudkan dengan menjodohkan putrinya yang cantik Dewi Utari, dengan salah seorang keluarga Pandawa, boleh para ksatria Pandawa atau anak-anaknya.
Untuk mendapatkan calon yang tepat, Matsywapati meminta pertimbangan Prabu Kresna.
Matsywapati : Kresna cucuku…bagaimana menurut pendapatmu ? siapakah yang paling tepat menjadi jodoh anakku Utari ?
Kresna : Eyang Prabu…sungguh sulit menentukan pilihan, karena seluruh ksatria Pandawa dan anak keturunannya sudah memiliki jodohnya masing-masing.
Matsywapati : Tidak menjadi masalah ngger…kita ini para ksatria bisa ngayomi lebih dari satu putri, jamak dan lumrah kaki.
Kresna : Ya eyang, tidak dapat dipungkiri itu…tapi jika keadaan dipaksakan dalam perjodohan, tentu ada yang disakiti..dan sayangnya pihak yang disakiti itu pastilah seorang istri, calon ibu ksatria yang bisa jadi tangis deritanya akan berpengaruh pada pembentukan watak putra-putrinya…tangis itu adalah doa yang ampuh yang akan didengar dan diluluskan Sang Hyang Wenang eyang prabu….
Matsywapati : Kalau begitu… carikanlah jodoh bagi anakku…ksatria muda yang istrinya mandul, jadi deritanya akan pungkas pada diri sang istri dan tidak nembusi pada anak keturunannya kaki prabu…
Mendadak langit gelap, senyap, udara terasa hampa…Prabu Kresna termangu, dadanya terasa sesak..Saat Abimanyu menerima Wahyu Cakraningrat, dengan penuh harapan dijodohkannya putra Harjuna itu dengan putrinya Dewi Siti Sendari.
Lika liku percintaan Abimanyu dengan Siti Sendari demikian penuh warna, dan hanya cinta kasih mereka yang kuatlah yang membuat pernikahan itu jadi terlaksana.
Suratan takdir menyiratkan kisah, Dewi Siti Sendari mandul….sebagai titisan Wisnu Kresna sadar, Abimanyulah yang paling tepat di jodohkan dengan Utari… Namun, jika pilihan ini yang ditawarkan, berarti sebagai ayah kandung Siti Sendari, dialah yang telah menancapkan belati beracun di jantung anaknya.
Kresna : Duh Jagad Dewa Bathara… Eyang, berat sekali hamba menyampaikan ini. Satu-satunya ksatria pemegang Wahyu Cakraningrat yang memastikan keturunannya akan melanjutkan raja-raja Trah Bharata hanyalah kulup Abimanyu…
namun, dia itu cucu kesayangan hamba, suami terkasih dari putriku Dewi Siti Sendari…Karena itu eyang, untuk tidak menambah rasa sakit hati anak hamba…
mohon perjodohan ini dirahasiakan sementara waktu…
berilah kesempatan pada hamba menyampaikan berita ini pada anak hamba dengan bijak…. Dengan persetujuan Abimanyu…akhirnya pernikahan Abimanyu dan Utari dilangsungkan di Wirata.
Setelah pernikahan Abimanyu maupun Gatutkaca tinggal di Wirata, hingga berbulan-bulan dan Utaripun mulai hamil muda… sehingga keluarga Abimanyu di Plangkawati, maupun keluarga Gatutkaca di Pringgadani gelisah.
Dewi Pregiwa, istri Gatutkaca dan Ratu Arimbi, ibunda Gatutkaca tampaknya sudak tidak bisa menahan kerinduannya lagi pada Gatutkjaca, maka Ratu Arimbi menyuruh adiknya, Kala Bendana, umtuk mencarikan dimana Gatutkaca berada, dan disuruhnya pulang ke Pringgadani.
Kala Bendana menyanggupi perintah kakaknya. Berangkatlah Kala Bendana.Tempat pertama yang dituju, adalah Kesatrian Plangkawati, tempat Abimanyu tinggal. Sesampai di Plangkawati, Siti Sendari istri Abimanyu yang pertama, sedang menangisi kepergian suaminya, yang sudah berbulan-bulan tidak pulang.
Dewi Siti Sendari sekaligus minta tolong dicarikan Abimanyu … Kala Bendana pun menyanggupinya. Kala Bendana pergi ke Wirata, Sesampai di Wirata, Kala Bendana akhirnya menemukan Gatutkaca dan Abimanyu..seketika Kala Bendana memeluk keponakannya, Gatutkaca, karena menahan rindu.
Kala Bendana adalah salah satu paman yang sangat setya pada Gatutkaca, Kala Bendana mengharap agar Gatutkaca segera kembali ke Pringggadani, karena istri Gatutkaca maupu Ibu Ratu Arimbi bersedih hati, lama tidak bertemu dengan Gatutkaca.
Kepada Abimanyu, Kala Bendana meminta agar Abimanyu segera pulang ke Kesatrian Plangkawati, karena Siti Sendari menangisi kepergian Abimanyu. Dewi Utari pun menanyakan siapakah Siti Sendari itu.
Kala Bendana menjelaskan bahwa Siti Sendari…….,Belum selesai bicara Tiba tiba Gatutkaca membentaknya, agar Kala Bendana tidak perlu melanjutkan bicaranya, namun Dewi Utari mengejar terus, akhirnya Kala Bendana mengatakan bahwa Siti Sendari adalah…, ist..,”.
Belum selesai menjelaskan, Gatutkaca tak tahan lagi, Kala Bendana ditampar dengan tangan kanannya. Gatutkaca lupa tangan kanannya yamg memiliki kekuatan aji Brajamusti, hancur seketika kepala Kala Bendana. tewas sang Paman yang setia, karena kepolosan dan kelugasannya.
Gatutkaca menangisi kematian pamannya. Sayup…sayup terdengar suara Kala Bendana,.. “Ooo Ngger Gatut,…cuma sebatas ini rasa kasihmu pada pamanmu yang bodoh ini thole… hm…,
baiklah Gatut… sudah suratan takdirku mendahuluimu masuk ke kelanggengan abadi…
namun ngger, aku tidak mau masuk ke Nirwana sendirian…
kasihku padamu tidak hancur oleh Brajamusthi yang sudah kamu kenakan untuk menghancurkan kepalaku…
Gatut…, aku akan menjemputmu Nak, beriring-iringan kita akan memasuki gerbang Nirwana…
Ngger, saat Kunta Wijayandaru melesat, aku akan menyambutnya agar sampai ke dadamu dan di saat itulah kita akan masuk ke alam keabadian bersama…
Sudah ya ngger, paman tunggu saat-saat indah bersamamu kelak…”
Gatotkaca tidak tahan dengan tragedi ini badannya melesat menuju Pringgandani untuk segera bertemu dengan Ibu dan istrinya. Meninggalkan Abimanyu dan Utari yang terpana. Dewi Utari menjadi murung.
Dewi Utari meminta Abimanyu jangan sampai terbebani pikiran, karena telah memiliki istri, selain Dewi Utari. Dewi Utari sejak awal menikah dengan Abimanyu, sudah merasa ikhlas walaupun Abimanyu sudah memiliki beberapa istri, dan Dewi Utari tidak pernah mempersoalkannya.
Mendengar kata kata Dewi Utari, hati Abimanyu, bagaikan disulut api, terbakar emosinya. Untuk meyakinkan Utari yang sedang hamil putra yang ditunggu-tunggunya, Abimanyu bersumpah, bahwa ia hanya memiliki seorang istri, yaitu Dewi Utari.
Kalau sampai ia sudah punya istri sebelum menikah dengan Dewi Utari, lebih baik ia mati diranjam… mati kranjang oleh ribuan senjata saat Perang Baratayudha. Dewi Utari terkejut dengan sumpah Abimanyu.
Ia menyesalkan sumpah Abimanyu. Dewi Utari meminta dewata, agar Abimanyu dimaafkan, dan dalam Bharatayuda nanti, semoga tidak terjadi seperti apa yang dikatakan Abimanyu.. Tetapi semua terlambat sudah Para Dewa bersaksi atas sumpah Abimanyu.
Ternyata kelak dalam perang Baratayudha, Abimanyu tewas dengan ratusan anak panah menancap di seluruh bagian tubuhnyua. Sedangkan Gatutkaca juga mmengalami hal yang serupa, Ia pun tewas, terkena senjata Kunta milik Adipati Karna, yang menancap di tubuh Gatutkaca, dan pamannya membawa sukma Gatutkaca memasuki Nirwana bersama-sama.