Kumbakarna adalah seorang ksatria berjiwa patriotik, walapun betubuh raksasa kumbakarna berhati mulia dia rela berkorban jiwa dan raga demi negaranya. Dia tidak membela kakaknya Rahwana yang dengan jelas membawa kabur Sinta permaisuri Ramawijaya. Tapi di tidak rela bila negara nya di serang dan di hanncurkan.
Dewi kekasi putri dari raja sumali adalah ibu dari kumbakarna yang bersuamikan Rsi Wisrawa, kumbakarna mempunyai 2 orang putra yaitu Kumba dan Nikumba yang tewas di tangan Sugriwa saat terjadi pertempuran di Kerajaan Alengka. Kumbakarna mmempunyai saodara kandung yang bernama Wibisana, Surpanaka dan Rahwana. Kubera, Kara, Dusana dan kumbini adalah saudara tirinya.
Kumbakarna terkenal dengan ksatria yang suka tidur sekali dia tidur 6 bulan kemudian baru bangun, ini terjadi saat dia bertapa dengan kesungguhan hati, dan para Dewa pun berkenan dengan tapabratanya itu kemudian di utuslah Dewa Brahma. Dewa Brahma mempersilahkan pada Kumbakarna untuk mengutarakan keinginannya.
Maka di ucapkanlah apa yg di inginkannya yaitu "INDRAASAN" yang berarti tahta dewa Indra. Tapi saat mengatakan keinginannya itu kepada Sang Dewa, lidah Kumbakarna pun keseleo kata indraasan menjadi "NEENDRASAN" yang berarti tidur selamanya.
Kata sudah terucap dan Dewa Brahma pun menyetujuinya saat sang Dewa akan kembali ke kahyangan Kumbakarna mengetahui akan kekeliruannya dan memohon untuk meralat keinginannya itu, namun semua sudah terlanjur dan Dewa Brahma tidak bisa memenuhi keinginannya itu, dia hanya bisa memberi keringanan. Neendrasaan(tidur selamanya) di peringan menjadi tidur selama 6bulan dan dia tidak bisa mengunakan kekuatannya saat menjalani masa tidur.
Ketika terjadi perang antara ayodya dan alengka Kumbakarna masih tertidur karena belum masanya untuk bangun, maka Rahwana memerintahkan para prajurit untuk membangunkan nya dengan cara di injak-injak gajah, setelah mulai membuka mata kemudian di hidangkannya makanan agar dia benar2 terbangun dari tidurnya.
Kemidian Kumbakarna pun langsung menhadap Rahwana, di hadapanya Kumbakarna memberi nasehat kepada rahwanya agar mengembalikan dewi sinta, dan memberipenjelasan bahwa yang di lakukan saudaranya itu adalah sebuah kesalahan. Tapi Rahwana bersikukuh mempertahankan Sinta, dan Rahwana memerintahkan Kumbakarna untuk maju berperang sebagai sorang Senopati Alengka.
Sebelum maju ke medan perang Kumbakarna bertemu dengan adiknya Wibisana dan membicarakan kelakuan sang kakak, tak ada rasa permusuhan dengan Rama wijaya dia pun maju berperang melawan pasukan kera yang di pimpin Anoman, dalam peperangan tersebut kumbakarna sangat terlihat kepiawiannya dalam olahkanuragan itu terbukti dengan banyanya pasukan Wanara yang terbunuh samapi-sampai para senopati Ayodya banyak yang terluka seperti Anggada, Sugriwa Nila bahkan Anoman sendiri sebagai senopati tak sanggup menghadapi Kumbakarna.
Akhirnya Ramawijaya pun turun tangan untuk menghadapi Kumbakarna, dengan panah saktinya Ramawijaya berhasil memutus kedua tangan Kumbakarna tapi dia masih terus berperang dengan cara menginjak-injak para pasukan kera/wanara. kemudian Ramawijaya memanah kaki kumbakrnahingga putus, tapi dia masih bisa berguling2 untuk melindas pasukan Sri Rama dalam hati Sri rama sangat kagum dengan kumbakarna tapi dia tak tega melihat kumbakarna tersiksa dan akhirnya di memeah leher Kumbakarna hingga putus dan terbang jatuh di hadapan Rahwana.
Kumbakarna Gugur dalam pertempuran tersebut dengan tubuh terpotong-potong oleh senjata Raamawijaya, ini adalah karma atas perbuatan ayahnya Rsi Wisrawa yang membunuh Jambumangli dengan cara serupa.