Rumah yang terdiri dari satu lantai kayu dengan atap yang dibuat dari daun-daun sagu atau jerami ini memiliki ciri khas yaitu memiliki desain berbentuk kerucut serta memiliki atap yang terbuat dari jerami dan memiliki pintu yang kecil serta lantainya disangga oleh tiang pilar penyangga.
Rumah ini dibuat tertutup dengan model tanpa dan hanya memiliki dua buah pintu yaitu depan dan belakang. Disebut rumah kaki seribu karena memiliki tiang penyangga di bagian bawah rumah yang banyak.
Walaupun rumah adat antara Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Timur sama-sama disebut Honai, namun ada juga suku Arfak di Papua Barat yang mendirikan Mod Aki Aksa, artinya rumah kaki seribu.
Secara morfologis, honai berasal dari dua kata, yaitu “Hun” yang artinya pria dewasa dan “Ai” yang artinya rumah. Secara harfiah, honai berarti rumah laki-laki dewasa. Namun bukan hanya dihuni oleh laki-laki dewasa, kaum perempuan juga mempunyai honai hanya saja dalam pengistilahannya berbeda.
Untuk kaum wanita, hanoi disebut “Ebeai”. Seperti halnya honai, Ebeai terdiri dari dua kata, yakni “Ebe” atau tubuh dalam pengertian kehadiran tubuh dan “Ai” yang berarti rumah.
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri.
Atap Rumah Adat Papua
Honai berbentuk bulat. Atap honai berbentuk kerucut atau kubah (dome). Material yang digunakan untuk membangun atap, yaitu menggunakan alang-alang atau jerami. Ukuran honai biasanya 5 meter sampai 7 meter. Honai yang dihuni oleh kaum wanita biasanya lebih pendek. Rotan, tali hutan (akar), alang-alang, belahan kayu atau papan, dan kayu untuk tiang.
Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu :
1. untuk kaum laki-laki (disebut Honai)
2. wanita (disebut Ebei),
3. dan kandang babi (disebut Wamai).
Filosofi Rumah Rumah Honai - Rumah Adat Papua
Pemersatu kelompok
Rumah Honai dengan bentuknya yang bulat dan melingkar adalah sebuah bentuk yang menjadikan Suku Dani dapat bersatu satu sama lain.
Lambang kesatuan
Selain rasa persatuan, Rumah Honai juga menjadi dasar untuk Suku Dani agar senantiasa sehati, setujuan, dan juga satu pemikiran dalam pekerjaan sehari-hari.
Status harga diri
Martabat dan harga diri juga merupaka suatu hal yang penting dalam Suku Dani. Dan Rumah Honailah yang menampilkan dan memperlihatkan seperti apa martanbat kaum mereka.
Fungsi Rumah Honai - Rumah Adat Papua
Tempat penyimpanan
Rumah Honai selain sebagai tempat tinggal juga digunakan untuk tempat menyimpan peralatan berburu dan juga perang. Selain itu, rumah adat asal Papua ini juga dijadikan tempat menyimpan beberapa barang yang merupakan simbol berharga secara suku dan adat. Itulah kenapa rumah ini sangat berharga bagi Suku Dani. Bahkan semua peralatan pun masih tersimpan dengan baik.
Tempat pengglembengan
Anak laki-laki memiliki peran penting dalam Suku Dani. Itulah kenapa rumah adat Honai digunakan sebagai tempat penggemblengan anak laki-laki hingga mereka bisa menjadi laki-laki dewasa yang bisa melindungi dan memimpin suku. Pembelajaran tentang berperang dan berburu pun juga penting, agar kelompok sukunya bisa senantiasa bertahan hidup dan sejahtera.
Tempat penyusunan strategi
Tak pelak lagi jika beberapa suku yang tidak sependapat atau memiliki aturan masing-masing bisa saling bertikai dan berperang. Rumah adat Papua ini adalah tempat terbaik bagi suatu suku untuk menyusun strategi perang yang efektif.
Penyusunannya lebih melibatkan kaum laki-laki yang tentunya sudah siap secara fisik dan mental untuk berperang dalam keadaan siap ataupun terdesak.
Kita sudah mengenali beberapa fungsi Rumah Honai sebagi sebuah tempat dengan berbagai macam manfaat bagi Suku Dani. Di bawah ini kita akan berdiskusi lebih lanjut tentang filosofi yang dianut oleh Suku Dani, terutama berkaitan dengan bentuk rumah adatnya. Mari kita simak.
Bagi suku Dani dan beberapa suku yang mendiami wilayah pegunungan tengah Papua, Honai dikenal sudah sejak lama di Kabupaten Jayawijaya. Artinya, honai memang didesain khusus sebagai rumah yang melindungi dari hawa dingin. Sampai saat ini, honai secara turun-temurun masih dibangun sesuai dengan tradisi dan kondisi setempat.
Dalam merumuskan perang dan pesta adat, masyarakat papua biasa melakukannya di honai laki-laki dewasa, tepatnya di ruang bawah. Diskusi, berdemokrasi,berdialog dan berdebat mengenai kehidupan ekonomi, keamanan daerah, membagi pengalaman dan memikirkan tentang kesinambungan hidup biasanya juga didialogkan.
Honai bagain bawah digunakan pula untuk tempat penyimpan harta. Bagi suku Dani, bagian bawah honai kerap digunakan untuk menyimpan mumi. Adapun kamar tidur terdapat di bagian atas honai dan ebeai.
Menariknya, honai dan ebeai juga merupakan tempat pendidikan khusus. Honai laki-laki dewasa khusus untuk laki-laki dewasa dan yang beranjak dewasa. Di sana mereka laki-laki yang beranjak dewasa diajarkan mengenai banyak hal untuk mempersiapkan hidupnya ketika menginjak usia dewasa. Honai laki-laki dewasa tidak boleh ditinggali oleh perempuan.
Bagi ebeai atau honai bagi kaum perempuan, honai berfungsi untuk melakukan proses pendidikan bagi kaum perempuan yang beranjak dewasa. Di sana tinggal anak-anak perempuan dan anak-anak laki-laki, serta para kaum ibu.
Di dalam honai atau ebeai tersebut para ibu mengajarkan hal-hal yang akan dihadapi anak-anak perempuan setelah tiba saatnya untuk menikah atau kawin. Bagi anak laki-laki, tinggalnya mereka di honai wanita hanya bersifat sementara. Ketika mereka beranjak dewasa mereka akan pindah ke honai laki-laki dewasa.
Itulah sekelumit Makna dan Penjelasan Rumah Adat Papua, di sadur dari beberapa sumber jika ada yang mau menambahkan silahkan tulis komentar.