PRABU BALADEWA MELAMAR DEWI PRANTAWATI UNTUK RADEN LESMANA
Prabu Kresna Wasudewa di Kerajaan Dwarawati sedang memimpin pertemuan yang dihadiri Raden Samba Wisnubrata, Arya Setyaki, dan Patih Udawa. Tiba-tiba datanglah sang kakak, yaitu Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura. Prabu Kresna dan yang lain pun bergantian menyampaikan salam penghormatan kepadanya.
Prabu Baladewa berkata, kedatangannya kali ini adalah untuk melamar putri Prabu Kresna sebagai calon istri Raden Lesmana Mandrakumara, putra Prabu Duryudana di Kerajaan Hastina. Beberapa waktu yang lalu hubungan antara Prabu Baladewa dan Prabu Duryudana sempat renggang dikarenakan dua hal.
Yang pertama, ketika Prabu Baladewa melamar Dewi Kusumadewati untuk Raden Partajumena yang harus bersaing dengan Danghyang Druna yang juga melamar untuk Raden Lesmana. Yang kedua, ketika Prabu Baladewa menikahkan Raden Wisata dengan Dewi Nilawati, juga harus bersaing dengan pihak Kerajaan Hastina. Bahkan, Raden Wisata putranya itu sempat bentrok dengan para Kurawa yang hendak merebut Payung Garuda Nglayang.
Kali ini Prabu Baladewa dan Prabu Duryudana sama-sama ingin memperbaiki hubungan. Maka, Prabu Baladewa pun bersedia mencarikan jodoh untuk Raden Lesmana Mandrakumara. Karena ia tidak mempunyai anak perempuan, maka Raden Lesmana hendak dinikahkan dengan keponakannya saja.
Prabu Kresna berkata bahwa anak perempuannya yang belum menikah saat ini tinggal satu orang saja, yaitu Dewi Prantawati. Prabu Baladewa langsung menyatakan melamar gadis tersebut sebagai calon istri Raden Lesmana Mandrakumara. Prabu Kresna merasa ragu-ragu karena Dewi Prantawati pernah dijodohkan dengan seseorang. Namun, karena Prabu Baladewa terus mendesak, terpaksa ia menerima lamaran ini.
PETRUK MENAGIH JANJI YANG PERNAH DIUCAPKAN PRABU KRESNA
Tidak lama kemudian datanglah panakawan Petruk menghadap Prabu Kresna dengan membawa segala macam hasil bumi dan palawija. Prabu Kresna pun bertanya ada keperluan apa ia datang ke Kerajaan Dwarawati.
Apakah para Pandawa diserang musuh sakti hingga tidak dapat meninggalkan Kerajaan Amarta dan terpaksa mengirim panakawan untuk meminta bantuan? Ataukah ada masalah berat lainnya? Petruk pun menjawab kedatangannya tidak ada hubungan dengan para Pandawa. Tujuannya datang ke Kerajaan Dwarawati adalah untuk menagih janji Prabu Kresna dulu.
Petruk lalu bercerita peristiwa dua puluh lima tahun yang lalu, saat Dewi Sumbadra belum melahirkan Raden Abimanyu, saat itu terjadi kekacauan di Kerajaan Amarta karena serangan Prabu Pandupragolamanik. Para Pandawa tidak mampu mengalahkan musuh tersebut, sehingga Prabu Kresna meminta dirinya saja yang maju perang.
Petruk merasa keberatan karena ia hanya seorang panakawan, mana mungkin mampu mengatasi amukan Prabu Pandupragolamanik? Namun, Prabu Kresna terus memaksa dan berusaha meyakinkan bahwa hanya dirinya seorang yang mampu mengalahkan Prabu Pandupragolamanik. Bahkan, Prabu Kresna saat itu sampai berjanji akan mengabulkan apa saja yang diminta Petruk asalkan bisa mengalahkan Prabu Pandupragolamanik.
Petruk menjawab, dirinya hanya meminta anak ayam cemani. Prabu Kresna paham bahwa Petruk meminta anak perempuannya untuk dijadikan istri. Prabu Kresna pun menyanggupi akan mengabulkan permintaan Petruk. Saat itu, Prabu Kresna baru memiliki satu anak perempuan bernama Dewi Prantawati yang masih kecil. Ia pun berjanji kelak apabila sudah dewasa, maka Dewi Prantawati akan diserahkan kepada Petruk supaya diambil sebagai istri.
Petruk kemudian maju perang dan berhasil mengalahkan Prabu Pandupragolamanik yang ternyata penyamaran Nala Gareng, saudaranya sendiri sesama panakawan. Adapun penyebab Nala Gareng menyamar sebagai Prabu Pandupragolamanik adalah karena kesalahpahaman Raden Arjuna, yang menuduh dirinya telah merusakkan Jala Sutra Tampang Kencana milik Bagawan Abyasa. Tahun demi tahun berlalu.
Dewi Prantawati kini telah tumbuh dewasa. Selain dirinya, Prabu Kresna telah mendapatkan anak-anak perempuan lagi, antara lain Dewi Sitisundari yang dinikahkan dengan Raden Abimanyu, serta Dewi Titisari yang dinikahkan dengan Bambang Irawan.
Dewi Prantawati yang usianya lebih tua ternyata belum juga menikah, sedangkan adik-adiknya yang perempuan semua telah menikah. Petruk menduga itu karena sejak kecil Dewi Prantawati sudah dijodohkan dengan dirinya.
Akan tetapi, lama menunggu tetap saja tidak ada kabar dari Prabu Kresna apakah perjodohan tersebut bisa dilanjutkan atau tidak. Akhirnya, hari ini Petruk memberanikan diri datang melamar, menagih janji Prabu Kresna yang sudah terucap lama itu.
Prabu Kresna hanya diam tidak menjawab. Hatinya bimbang. Di satu sisi, ia tidak tega putrinya menjadi istri Raden Lesmana Mandrakumara yang bodoh dan manja, namun ia sendiri sudah terlanjur menerima lamaran Prabu Baladewa.
Di sisi lain, ia juga tidak rela Dewi Prantawati menjadi istri Petruk yang hanya seorang rakyat jelata, bukan dari golongan bangsawan atau paling tidak anak brahmana. Itulah sebabnya selama ini Prabu Kresna selalu menunda-nunda perkawinan antara Dewi Prantawati dengan Petruk adalah karena terdorong oleh rasa bimbangnya tersebut, meskipun ia sendiri sudah terlanjur berjanji.
Prabu Kresna akhirnya menjawab, bahwa ia sudah terlanjur menerima pinangan Prabu Baladewa yang hendak menjadikan Dewi Prantawati sebagai calon istri Raden Lesmana Mandrakumara. Petruk terkejut. Ia tidak menduga Prabu Kresna yang bijaksana ternyata bisa mengingkari janji yang telah diucapkannya sendiri.
Ia pun mengingatkan bahwa janji adalah hutang. Prabu Kresna sendiri yang berjanji akan menyerahkan Dewi Prantawati sesudah dewasa kepada Petruk. Namun, janji itu justru dilanggar sendiri karena Dewi Prantawati saat ini hendak dinikahkan dengan orang lain.
Prabu Baladewa marah menyebut Petruk kurang ajar berani menasihati raja. Petruk berkata, Prabu Baladewa adalah tamu juga, jadi tidak perlu merasa lebih tinggi daripada tamu lainnya. Prabu Baladewa semakin marah dan menyeret Petruk keluar dari istana.
Prabu Kresna termenung bimbang. Ia lalu membubarkan pertemuan dan memerintahkan Arya Setyaki untuk menjaga keamanan Kerajaan Dwarawati. Barangsiapa yang berbuat kekacauan sebaiknya ditindak saja. Arya Setyaki menyanggupi. Prabu Kresna lalu masuk ke dalam kedaton.
PARA KURAWA HENDAK MEMBUNUH PETRUK
Prabu Baladewa yang menyeret Petruk segera melemparkan tubuhnya ke tengah alun-alun. Patih Sangkuni dan para Kurawa yang menunggu di luar segera mendatangi Prabu Baladewa dan menanyakan apa yang telah terjadi.
Prabu Baladewa menjawab, Prabu Kresna telah mengabulkan lamaran Kerajaan Hastina. Itu artinya, Raden Lesmana Mandrakumara bisa menikah dengan Dewi Prantawati. Namun, tiba-tiba Petruk datang menagih janji karena dulu sewaktu masih kecil, Dewi Prantawati sudah dijodohkan dengannya.
Patih Sangkuni ikut kesal mendengar cerita tersebut. Ia pun mengajak para Kurawa untuk mengusir Petruk dari Kerajaan Dwarawati. Apabila Petruk tetap membangkang, maka lebih baik dibunuh saja. Arya Dursasana dan adik-adiknya segera mengikuti Patih Sangkuni.
Sementara itu, Petruk jatuh terguling-guling di tanah. Tiba-tiba muncul Raden Antareja dan Raden Gatutkaca mendatanginya. Petruk bertanya mengapa kedua putra Arya Wrekodara itu ada di Dwarawati. Raden Gatutkaca menjawab, pada mulanya ia dan Raden Antareja pergi ke Desa Karangkadempel mengunjungi Kyai Semar.
Meskipun Kyai Semar hanya seorang panakawan, namun kedua pemuda itu paham bahwa ia adalah penjelmaan Batara Ismaya. Maka, mereka pun sering mengunjungi Kyai Semar untuk meminta nasihat dan petuah darinya.
Namun, saat itu Kyai Semar sedang bersedih karena Petruk nekad pergi ke Kerajaan Dwarawati untuk menagih janji Prabu Kresna. Kyai Semar khawatir terjadi bencana menimpa diri Petruk. Tanpa disuruh, Raden Antareja dan Raden Gatutkaca segera pergi menyusul ke Kerajaan Dwarawati.
Firasat Kyai Semar terbukti nyata, karena kedua pemuda itu melihat Petruk terguling di tanah setelah tubuhnya dilempar oleh Prabu Baladewa.
Petruk berterima kasih atas perhatian Raden Antareja dan Raden Gatutkaca. Ia pun bercerita ternyata Prabu Kresna ingkar janji, tidak bersedia menikahkan dirinya dengan Dewi Prantawati, justru menerima pinangan Raden Lesmana Mandrakumara. Petruk merasa rendah diri, sebagai orang miskin dirinya telah dihina seperti ini. Raden Antareja dan Raden Gatutkaca merasa prihatin dan bersedia membantu Petruk.
Tidak lama kemudian Patih Sangkuni dan para Kurawa datang. Mereka mengancam Petruk dan menyuruhnya pergi jauh, tidak perlu lagi mengharapkan Dewi Prantawati karena sebentar lagi gadis itu akan menikah dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Petruk menjawab tidak peduli karena yakin Dewi Prantawati pasti lebih memilih dirinya daripada menikah dengan Raden Lesmana yang dungu.
Patih Sangkuni marah dan memerintahkan para Kurawa menghukum Petruk. Raden Antareja dan Raden Gatutkaca segera menghalangi. Pertempuran pun terjadi. Para Kurawa jelas tidak mampu mengatasi kedua pemuda tersebut, sedangkan Patih Sangkuni juga sibuk dipermainkan Petruk.
Melihat kekacauan ini, Prabu Baladewa maju melabrak Raden Antareja dan Raden Gatutkaca. Kedua pemuda itu gentar karena ayah mereka sewaktu muda pernah berguru kepada Prabu Baladewa saat masih bernama Wasi Jaladara.
Mereka pun mundur menghindar dan meminta maaf kepada Petruk. Petruk sendiri memilih kabur daripada berhadapan dengan Prabu Baladewa. Untuk sementara ia mundur, mencari cara untuk menggagalkan pernikahan Raden Lesmana Mandrakumara dengan Dewi Prantawati.
PETRUK DITOLAK RADEN ARJUNA
Petruk telah jauh meninggalkan Kerajaan Dwarawati. Di tengah jalan ia melihat kedua saudaranya, yaitu Nala Gareng dan Bagong sedang bercanda menghibur Raden Arjuna. Ia lalu ikut bergabung bersama mereka. Raden Arjuna pun bertanya mengapa Petruk pergi sendiri meninggalkan Desa Karangkadempel.
Petruk menjawab, dirinya pergi ke Kerajaan Dwarawati untuk menagih janji Prabu Kresna yang dulu pernah menjodohkan dirinya dengan Dewi Prantawati. Kini Dewi Prantawati sudah dewasa, tetapi justru hendak dinikahkan dengan Raden Lesmana Mandrakumara, bukan dengan dirinya.
Petruk pun memohon bantuan Raden Arjuna agar ikut mengingatkan Prabu Kresna, bahwa janji adalah hutang, hendaknya bisa ditepati.
Raden Arjuna menolak permintaan Petruk. Ia menyebut Petruk sebagai rakyat jelata tidak tahu diri, berani menagih janji kepada raja. Petruk menjawab, raja adalah pemimpin. Jika pemimpinnya mengingkari janji, bagaimana rakyat bisa tetap percaya kepada pemimpin? Dalam urusan janji, tidak ada perbedaan tinggi rendah jabatan. Dewa sekalipun kalau mengingkari janji juga akan jatuh martabatnya.
Raden Arjuna semakin marah dan mencabut keris untuk mengancam Petruk agar mengurungkan niatnya menagih janji kepada Prabu Kresna. Petruk kecewa karena majikannya ternyata tidak mendukung. Ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
PETRUK MENDAPAT BANTUAN DARI AYAH KANDUNGNYA
Petruk yang melarikan diri akhirnya tersesat masuk ke Hutan Wanapringga. Hutan tersebut terkenal angker, banyak dihuni segala macam hantu dan makhluk halus. Namun, Petruk tidak takut sama sekali. Baginya lebih baik mati dimangsa hantu daripada gagal meraih cita-cita.
Demikianlah, Petruk pun duduk di atas sebongkah batu besar di bawah pohon yang rimbun. Berbagai macam hantu datang mengganggunya. Dasar sifat Petruk yang jenaka, bukannya takut tetapi justru mengajak mereka bercanda. Tidak lama kemudian, muncul sosok tinggi besar yang tidak lain adalah ayah kandung Petruk sendiri, yaitu Gandarwaraja Swala.
Petruk aslinya juga seorang gandarwa, bernama Gandarwa Supatra. Saat masih berwujud gandarwa, ia sangat nakal susah diatur. Gandarwaraja Swala lalu meminta bantuan Kyai Semar untuk menjinakkan putranya itu.
Kyai Semar berhasil memperbaiki watak Gandarwa Supatra dan mengubah wujudnya menjadi manusia jenaka, dengan nama baru Petruk. Gandarwaraja Swala pun merelakan Petruk menjadi anak angkat Kyai Semar.
Kini Gandarwaraja Swala datang menemui Petruk dan bertanya mengapa anaknya itu terlihat sedih. Petruk pun menyembah ayahnya dan menceritakan kisah yang ia alami dari awal hingga akhir. Gandarwaraja Swala merasa prihatin dan bertanya apakah Petruk benar-benar mencintai Dewi Prantawati.
Petruk menjawab, ini bukan sekadar urusan asmara, tetapi urusan menyelamatkan pemimpin dari dosa melanggar janji. Gandarwaraja Swala senang mendengarnya dan bersedia membantu Petruk. Ia pun mengubah wujud Petruk menjadi kesatria dengan nama Bambang Sukma-nglembara. Tidak hanya itu, Gandarwaraja Swala juga memberikan tambahan ilmu kesaktian kepada Petruk.
Petruk berterima kasih atas bantuan ayahnya. Ia pun mohon restu dan mohon pamit untuk menggagalkan perkawinan Dewi Prantawati dengan Raden Lesmana Mandrakumara.
PRABU KRESNA MENERIMA KEDATANGAN ROMBONGAN DARI HASTINA
Prabu Kresna dan Prabu Baladewa di Kerajaan Dwarawati menerima kedatangan rombongan pengantin dari Kerajaan Hastina yang dipimpin langsung oleh Prabu Duryudana. Setelah saling memberi hormat, Raden Lesmana Mandrakumara bertanya seperti apa wajah Dewi Prantawati, apakah sama cantiknya dengan Dewi Sitisundari dan Dewi Titisari? Jika Dewi Prantawati berwajah jelek, lebih baik tak perlu menikahinya. Raden Samba putra Prabu Kresna menyindir Raden Lesmana, sudah gagal menikah berkali-kali masih saja sombong.
Prabu Kresna tidak mau memperpanjang urusan. Ia pun memerintahkan Raden Samba untuk mengantar Raden Lesmana menemui Dewi Prantawati agar dapat melihat langsung calon istrinya cantik atau tidak. Kedua pemuda itu pun bergegas masuk menuju kaputren.
BAMBANG SUKMA-NGLEMBARA MENCULIK DEWI PRANTAWATI
Sementara itu, Petruk yang telah berganti nama menjadi Bambang Sukma-nglembara berhasil menyusup masuk ke dalam Keraton Dwarawati. Ia bersembunyi di balik tembok kaputren dan melihat Dewi Prantawati sedang duduk sendiri melamun entah memikirkan apa.
Segera Bambang Sukma-nglembara bernyanyi, melantunkan tembang-tembang asmara dengan suaranya yang merdu mendayu.
Dewi Prantawati tampak menikmati alunan suara tersebut. Ketika lagu telah habis, ia baru sadar ada laki-laki berani menyusup ke dalam kaputren. Ia pun memanggil si penyanyi tersebut agar menampakkan diri. Bambang Sukma-nglembara pun muncul di hadapan Dewi Prantawati.
Dewi Prantawati bertanya asal-usul Bambang Sukma-nglembara dari mana, mengapa bisa masuk ke dalam kaputren. Bambang Sukma-nglembara berkata bahwa ia berasal dari Hutan Wanapringga yang tertarik mendengar kabar kecantikan Dewi Prantawati. Namun, Dewi Prantawati ternyata telah dijodohkan dengan Raden Lesmana, sungguh membuat hati kecewa.
Bambang Sukma-nglembara pun menjelaskan bahwa Raden Lesmana bukanlah laki-laki yang baik, melainkan hanya seorang anak manja yang suka mengandalkan kekayaan orang tua. Alangkah baiknya jika Dewi Prantawati menjadi istrinya saja, tentu ia akan bernyanyi setiap hari untuk gadis tersebut.
Dewi Prantawati pada dasarnya sudah mendengar penuturan Raden Samba tentang keadaan Raden Lesmana. Sebenarnya ia ingin menolak perjodohan ini tetapi takut kepada sang ayah. Kali ini muncul Bambang Sukma-nglembara yang menawan hati, membuatnya semakin yakin untuk menolak Raden Lesmana Mandrakumara.
Maka, Dewi Prantawati pun berkata kepada Bambang Sukma-nglembara agar dirinya dibawa pergi saja, sehingga tidak jadi menikah dengan Raden Lesmana. Bambang Sukma-nglembara setuju. Namun, tiba-tiba Raden Lesmana datang bersama Raden Samba.
Bambang Sukma-nglembara pun mengejek Raden Lesmana dan mempermainkannya. Raden Samba ikut bersorak di belakang, menertawakan tingkah konyol Raden Lesmana. Namun kemudian, ia sadar ternyata ada penyusup masuk ke dalam kaputren. Ia pun buru-buru pergi melapor kepada Prabu Kresna.
Bambang Sukma-nglembara tidak mau membuang-buang waktu. Ia segera memasukkan Dewi Prantawati secara ajaib ke dalam cincin, menendang Raden Lesmana hingga jatuh terjengkang, kemudian kabur meninggalkan kaputren.
PRABU BALADEWA DAN PARA KURAWA MENGEJAR BAMBANG SUKMA-NGLEMBARA
Prabu Kresna telah menerima laporan Raden Samba tentang adanya penyusup berani masuk ke dalam kaputren. Prabu Baladewa marah-marah dan mendatangi kaputren, namun yang ada di sana hanyalah Raden Lesmana sedang terguling di tanah dengan wajah meringis semakin terlihat jelek.
Prabu Baladewa pun bergegas mengejar si pencuri yang meculik keponakannya. Prabu Duryudana juga memerintahkan Patih Sangkuni dan para Kurawa untuk ikut mengejar.
Bambang Sukma-nglembara berhenti di perbatasan ibu kota Dwarawati. Ia pun bertarung menghadapi para Kurawa yang datang mengejar. Gandarwaraja Swala tidak hanya mengubah wujud Petruk menjadi kesatria, tetapi juga membekalinya dengan ilmu kesaktian. Para Kuarwa pun dibuat porak-poranda dan babak belur menghadapai kesaktian Bambang Sukma-nglembara.
Prabu Baladewa maju sambil memaki-maki sesuai ciri khasnya. Bambang Sukma-nglembara menghadapinya dengan ikut memaki pula. Prabu Baladewa merasa risih ada yang mengembari cara bertarungnya. Karena pikirannya kesal dan tidak dapat bertarung dengan baik, lama-lama ia pun terdesak mundur.
Prabu Baladewa kemudian bertemu Raden Arjuna yang sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Dwarawati bersama Nala Gareng dan Bagong. Tujuannya ialah ingin menyaksikan pernikahan Raden Lesmana dan Dewi Prantawati.
Prabu Baladewa memberi tahu Raden Arjuna bahwa pengantin wanita hilang diculik pemuda bernama Bambang Sukma-nglembara. Raden Arjuna pun bergegas mengejar penculik tersebut.
Bambang Sukma-nglembara bersiaga menghadapi Raden Arjuna. Karena masih kesal pada majikannya itu, ia pun bertarung tanpa segan-segan lagi. Berkat kesaktian yang diberikan Gandarwaraja Swala, Bambang Sukma-nglembara dapat meringkus Raden Arjuna. Prabu Baladewa dan Patih Sangkuni maju untuk menolong, tapi mereka ikut tertangkap pula.
Bambang Sukma-nglembara kemudian menangkap Nala Gareng dan Bagong. Kedua panakawan itu pun dipaksa mulai saat ini harus bekerja menjadi pelayannya.
BAMBANG SUKMA-NGLEMBARA KEMBALI MENJADI PETRUK
Prabu Kresna mengawasi pertempuran dari jauh dan dapat menebak jati diri Bambang Sukma-nglembara. Ia lalu melesat terbang dan secepat kilat sudah mendarat di Desa Karangkadempel, menemui Kyai Semar.
Prabu Kresna pun meminta maaf kepada Kyai Semar karena telah mengingkari janjinya kepada Petruk. Kini Kerajaan Dwarawati diserang pengacau bernama Bambang Sukma-nglembara yang telah menculik anak gadisnya, yaitu Dewi Prantawati.
Kyai Semar memahami maksud ucapan Prabu Kresna. Ia pun berjalan kaki menuju Kerajaan Dwarawati. Meskipun hanya berjalan santai, namun kecepatan langkah Kyai Semar tidak dapat ditandingi Prabu Kresna. Akhirnya, mereka sampai di tempat Bambang Sukma-nglembara menangkap lawan-lawannya.
Kyai Semar maju menghadapi Bambang Sukma-nglembara dan menyuruhnya untuk menyerah. Bambang Sukma-nglembara tertawa menolak dan meminta agar Kyai Semar saja yang ikut dengannya. Kyai Semar tidak banyak bicara.
Ia memegang kuncung di kepala lalu mengusapkan tangannya ke wajah Bambang Sukma-nglembara. Seketika wujud Bambang Sukma-nglembara pun kembali menjadi Petruk, sedangkan Dewi Prantawati keluar dari cincin di tangannya.
DEWI PRANTAWATI TETAP MEMILIH PETRUK
Kyai Semar memarahi Petruk yang bertindak di luar batas, berani meringkus Prabu Baladewa, Raden Arjuna, dan Patih Sangkuni. Petruk meminta maaf. Ini semua karena Prabu Kresna yang mengingkari janji, dan mereka bertiga juga ikut bersalah karena mendukung perkawinan Dewi Prantawati dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Itu artinya, mereka ikut mendukung Prabu Kresna berbuat dosa.
Kyai Semar berkata bahwa Prabu Kresna sudah menyadari kesalahannya. Prabu Kresna pun meminta maaf kepada Petruk karena mengingkari janji yang diucapkannya sendiri. Sejujurnya ia memang malu memiliki menantu seorang panakawan.
Akibatnya, Dewi Prantawati yang menjadi korban, yaitu menjadi perawan tua, sedangkan saudari-saudarinya yang lain telah menikah semua. Itu karena Prabu Kresna selalu menunda-nunda pernikahan Dewi Prantawati dengan Petruk.
Petruk pun meminta maaf atas ulahnya membuat kekacauan di Kerajaan Dwarawati. Ia terpaksa melakukan ini semua adalah untuk menyelamatkan nama baik Prabu Kresna. Sebagai raja agung titisan Batara Wisnu, Prabu Kresna tidak sepantasnya melanggar ucapannya sendiri.
Maka, sebelum Dewi Prantawati dinikahkan dengan orang lain, Petruk pun lebih dulu menculiknya, sehingga Prabu Kresna dapat terhindar dari dosa.
Prabu Kresna berterima kasih atas perhatian Petruk. Meskipun dirinya titisan Batara Wisnu, tetapi sebagai manusia tetap saja bisa berbuat khilaf. Namun, anaknya sudah terlanjur jatuh cinta kepada Bambang Sukma-nglembara, apakah mau menikah dengan Petruk? Petruk pun bertanya kepada Dewi Prantawati apakah bersedia menikah dengannya.
Jika Dewi Prantawati tidak sudi memiliki suami yang buruk rupa seperti dirinya, maka silakan saja menikah dengan orang lain, ia tidak akan mengganggu lagi.
Dewi Prantawati tidak menjawab, tetapi meminta Petruk menyanyikan sebuah lagu untuknya. Petruk pun menembangkan lagu seperti yang ia nyanyikan di kaputren tadi. Dewi Prantawati terhanyut mendengar suaranya. Ia lalu berkata kepada sang ayah, bahwa dirinya jatuh cinta kepada Bambang Sukma-nglembara adalah karena mendengar suara yang merdu.
Meskipun Bambang Sukma-nglembara sudah tidak ada lagi, dan sudah kembali ke wujud Petruk, namun suaranya tidak berubah. Asalkan bisa mendengar suara merdu Petruk setiap saat, Dewi Prantawati akan merasa sangat bahagia.
Petruk gembira mendengar ucapan itu, pertanda Dewi Prantawati bersedia menjadi istrinya. Ia pun memanggil Prabu Kresna sebagai ayah mertua, dan membebaskan Prabu Baladewa, Raden Arjuna, juga Patih Sangkuni.
Prabu Baladewa dan Raden Arjuna sudah melihat sendiri betapa tulus perasaan Dewi Prantawati. Maka, mereka pun ikut merestui Petruk menjadi menantu Kerajaan Dwarawati dan meminta maaf tadi telah berusaha menggagalkan usahanya menagih janji.
Sementara itu, Patih Sangkuni dan para Kurawa kembali ke tempat Prabu Duryudana dan Raden Lesmana. Sungguh besar rasa malu yang diderita Prabu Duryudana karena anaknya lagi-lagi kalah bersaing, dan yang lebih parah, kali ini kalah bersaing melawan panakawan. Mereka pun bergegas pulang ke Kerajaan Hastina.
Prabu Kresna kini telah mantap menyerahkan Dewi Prantawati kepada Petruk. Keduanya lalu dinikahkan di istana Kerajaan Dwarawati dengan perayaan yang meriah.
Sumber : Albumkisah wayang