Di daerah Pajarakan, atau sekarang lebih dikenal sebagai Kabupaten Probolinggo. Pajarakan adalah daerah asal Ra Kuti, salah satu dari tujuh Dharmaputra bentukan Raden Wijaya.
Ra kuti tinggal di daerah Pajarakan dengan istrinya yang sangat cantik, meskipun Raden Wijaya mewajibkan semua Dharmaputranya untuk tinggal di dalam istana Majapahit, tetapi itu tidak berlaku bagi Ra Kuti karena RaKuti sangat mencintai istrinya.
Ra Kuti adalah seorang Dharmaputra berkasta SUDRA atau BERASAL DARI RAKYAT JELATA. Dan suatu malam Ra Kuti pun bermimpi bahwa Dia Memeluk Bulan, dan mimpi itu Dia ceritakan kepada istrinya
lalu istrinya berkata kepada Ra Kuti tentang arti mimpi itu bahwa Suatu ketika Suaminya yang bernama Ra Kuti akan menjadi Raja, Ra Kuti pun bertambah semangat untuk lebih meningkatkan ilmu kanuragan supaya mimpinya memeluk bulan itu terkabul.
GORO-GORO TERJADI DI ISTANA MAJAPAHIT
Sang Prabu Jayanagara merasa takut takhtanya terancam, sehingga ia melarang kedua adiknya menikah, adiknya tersebut bernama Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat, Sang Prabu Jayanegara bahkan berkeinginan untuk kawin dengan kedua saudaranya tersebut, tetapi kedua saudara tersebut menolaknya, Jayanegara Marah dan mengurung Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat di Istana Kapopongan yang letaknya masih diwilayah Istana Majapahit dan penyakit dari Jayanegara pun semakin bertambah sakit, dan dikenal masa tersebut sebagai “Goro-goro”.
Suatu ketika Sang Prabu Jayanegara memerintahkan semua pengawalnya untuk mencari dan menangkap semua Wanita-wanita cantik di Wilayah Majapahit untuk dipersembahkan kepada Sang Prabu Jayanegara tersebut.
Ra Kuti pun mendengarnya dan menyembunyikan istrinya yang tergolong sangat cantik karena takut mendengar perintah Sang Prabu Jayanegara, dan akhirnya ketakutannya menjadi kenyataan karena persembunyian istrinya di Pajarakan tersebut diketahui oleh pengawal dari Sang Prabu Jayanegara dan pengawal dari Sang prabu tersebut mengambil paksa istri Ra Kuti dengan perlawanan dari Ra Kuti.
Ra Kuti dengan ilmu kanuragannya berhasil mengalahkan beberapa pengawal Sang Prabu yang hendak mengambil paksa istrinya, tetapi karena pengawal yang ditugaskan untuk mengambil istri Ra Kuti sangat banyak maka istrinya gagal dipertahankan dan sang istri dari Ra Kuti pun dibawa paksa ke Istana Majapahit untuk dipersembahkan kepada Sang Prabu Jayanegara.
Ra Kuti pun menjadi marah karenanya dan bertekad untuk membawa kembali istrinya ke pajarakan, maka Ra Kuti segera keluar dari tempat dia dan istrinya tinggal sehari-hari yaitu di sebuah rumah di Pajarakan yang jauh sekali dari pemukiman penduduk dan sangat sunyi (Tempat Piningit) dan kemudian pergi mengunjungi gurunya untuk berlatih meningkatkan ilmu kanuragannya,
Guru dari Ra Kuti ini bersenjatakan Tombak Kecil yang fungsi dari Tombak Kecil tersebut bisa meningkatkan ilmu kanuragan dari yang memakai tombak kecil tersebut secara cepat dan suatu ketika Ra Kuti meminta gurunya untuk meminjamkan Tombak Kecil tersebut untuk dipakai Ra Kuti untuk berlatih, ketika Tombak Kecil tersebut sudah ditangan Ra Kuti maka Ra kuti menanyakan kenapa Tombak Kecil tersebut selalu dipakai tanpa membuka sarungnya terlebih dahulu?
Dan Guru Ra kuti berkata kalau sarung dari Tombak Kecil tersebut dibuka maka akan memancarkan sinar yang menyilaukan dan kekuatan si pemakai tombak kecil tersebut akan lebih bertambah sangat drastis dan sangat kuat tak terkalahkan, dan suatu ketika Ra Kuti dipinjamkan Tombak Kecil tersebut lalu Ra kuti membuka Pembungkus tombak kecil tersebut dan tiba-tiba Ra Kuti menyerang gurunya tersebut dengan kekuatan penuh
gurunya sejak semula sudah menduga hal tersebut terjadi karena Ra Kuti sangat berniat mengambil istrinya kembali di Istana Majapahit, hari demi hari berlalu dan pertarungan antara guru dan murid tersebut terus berlangsung dengan keunggulan di pihak Ra Kuti karena Ra Kuti bersenjatakan Tombak Kecil sementara Gurunya tanpa senjata
dan karena menderita sangat kelelahan, guru dari Ra Kuti pun kemudian terkena beberapa pukulan dari Ra Kuti dan Guru itu pun jatuh tersungkur jatuh ketanah kehabisan tenaga dan nyaris mati karena menderita beberapa luka yang sangat parah,
Ra Kuti pun segera menghampiri gurunya yang jatuh terkena pukulan pamungkas darinya tadi dan mendapati gurunya sedang meregang nyawa akan tetapi masih bisa berkata kepada Ra Kuti bahwa ” Walaupun Ra Kuti berhasil mengalahkannya tetapi ingat DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT !!! “,
Ra Kuti dengan bersenjatakan tombak kecil segera berangkat menuju istana Majapahit menjemput istrinya.
Tiba di suatu Wilayah dekat dengan Istana Majapahit, Ra Kuti mendengar kabar yang sangat menyedihkan mengenai istrinya bahwa istrinya tersebut telah meninggal sebelum dibawa menghadap Sang Prabu Jayanegara, istri dari Ra kuti tersebut meninggal karena bunuh diri karena tidak mau di persembahkan kepada Sang Prabu Jayanegara yang tiba-tiba terkena penyakit GILA WANITA, Ra kuti menjadi sangat marah kepada Sang Prabu Jayanegara.
Ra Kuti sudah amat ingin untuk memangkatkan Sang Prabu Jayanegara karena telah menjadi penyebab meninggalnya sang istri dan telah merusak rumah tangganya. Untuk bisa berdekatan dengan Raja, Ra Kuti mengatakan dengan terus terang membeberkan kelicinan Mahapati yang selalu membuat laporan palsu dan menyebar fitnah untuk menanamkan permusuhan di dalam istana Majapahit, Mahapati adalah seorang petinggi di istana Majapahit,
Shri Raja Jayanegara amat marah, Ra Kuti ditugaskan untuk menangkap Sang Mahapati, Mahapati yang waspada akan datangnya bahaya segera keluar dari kepatihan untuk lari mengungsi, masuk ke hutan dan mati dalam kenisthaan.
Alkisah setelah penculikan terhadap istri Ra Kuti, yang terjadi di padhepokan Pandanwangi adalah Pendeta Damarjati sedang berbincang-bincang dengan ibunda Ra Kuti, yaitu Nyai Sureng-rono yang telah lama ditinggal mati oleh suaminya. Yang menjadi topik perbincangan adalah mengenai kedua putra yang berlawanan keinginan.
Ra Kuti putra pertama amat tinggi cita-citanya, ingin menjabat sebagai Raja. Sedangkan Kanaka si bungsu amat setia pada Raja dan Majapahit seisinya. Ditengah-tengah mereka berbincang datanglah Ra Kuti yang sedang memulai niatnya untuk memberontak.
Niatan Ra Kuti yang seperti itu tidak disetujui oleh Sang Paman Empu Damarjati. Sehingga terjadilah silang pendapat antara Ra Kuti dan Empu Damarjati. Ra Kuti yang mendapat dukungan dari ibunya, dengan berani menyerang Empu Damarjati.
Empu Damarjati ditendangnya hingga terlempar keluar dari Padhepokan. Dengan serta merta berkatalah Empu Damarjati yang pendiam itu, bahwa Ra Kuti akan mati ditangan Gajah yang lepas dari tali ikatan.
Belum reda amarah Ra Kuti, namun terhenti oleh datangnya Kanaka yang tidak dapat menerima tindakan Ra Kuti terhadap Empu Damarjati. Terjadilah perselisihan antara kedua saudara keturunan darah Surengrono tersebut dan perkelahian tak dapat dihindarkan. Belum ada yang menang dan kalah dalam perkelahian itu, segera Nyai Surengrono melerai mereka. Ra Kuti dan Kanaka berpisah saling mempertahankan pendapat masing-masing.
Dan tiba suatu malam karena Ra kuti sudah sangat berambisi ingin mendapatkan istrinya kembali dan menjadi Raja Majapahit, Ra Kuti pun membunuh semua yang ada di Padepokan Pandanwangi, termasuk Kanaka adik Ra Kuti yang merupakan penghalang utama Ra Kuti karena Kanaka amat setia kepada Raja Majapahit, dan karena tidak terima atas kematian Kanaka ibunya Ra Kuti yaitu Nyai surengrono ikut menyusul sang adik.
Ra Kuti pun menjadi Yatim Piatu, dan sesudah Ra Kuti merasa tak ada penghalang lagi, dia mengira bahwa para Darmaputra sudah tidak ada yang patuh pada Shri Raja. Sehingga Ra Kuti membentuk barisan bawah tanah guna memangkatkan Sang Prabu Jayanegara.
Di suatu malam yang dingin, Ra Kuti dan teman-temanya memaksa masuk ke istana. Seketika gempar yang ada didalamnya. Para Senopati perang yang sedang tidur pulas banyak yang menjadi korban keganasan Tombak Kecil Ra Kuti. Alkisah ada seorang pemimpin pasukan pengawal Raja, muda belia, gagah perkasa. Satria utama. Rahangnya kuat, bahu kekar, dada lebar mengkilap, kulit yang merah bak tembaga seakan bersinar dan tak mempan senjata. Dialah Gajah Mada.
Waspada akan adanya keributan diluar, pimpinan pengawal Raja sang “Gajah” laksana lepas dari ikatan, segera masuk kedalam kamar tidur Sang Prabu. Prabu Jayanegara yang masih tidur pulas segera diangkat dan dibawa lari mengungsi, diikuti oleh para prajurit pengawal Raja yang masih setia.
Ra Kuti Sang Pendendam takkan lega hatinya sebelum bisa memangkatkan Shri Jayanegara. Akhirnya dia berusaha sekuat tenaga untuk mengejar dan menemukan Shri Jayanegara, tetapi tidak berhasil menemukan Sang Prabu Jayanegara karena disembunyikan oleh Gajah Mada.
Setelah mengamankan rajanya di desa Badander, Gajah Mada kembali ke ibu kota untuk mencari dukungan. Ia mengumpulkan para pejabat di rumah tumenggung amancanegara (semacam wali kota) dan mengabarkan kalau Jayanagara telah meninggal di pengungsian.
Para pejabat tampak menangis sedih. Setelah meyakini kalau pemberontakan Ra Kuti yang saat itu dikenal Rakyat Majapahit dengan Pangkat Prabu Kuti ternyata tidak mendapat dukungan rakyat karena Prabu Kuti menaikkan pajak sangat tinggi, maka Gajah Mada pun memberi tahu keadaan yang sesungguhnya, bahwa raja masih hidup.
Waspada akan adanya keributan diluar, pimpinan pengawal Raja sang “Gajah” laksana lepas dari ikatan, segera masuk kedalam kamar tidur Sang Prabu. Prabu Jayanegara yang masih tidur pulas segera diangkat dan dibawa lari mengungsi, diikuti oleh para prajurit pengawal Raja yang masih setia.
Ra Kuti Sang Pendendam takkan lega hatinya sebelum bisa memangkatkan Shri Jayanegara. Akhirnya dia berusaha sekuat tenaga untuk mengejar dan menemukan Shri Jayanegara, tetapi tidak berhasil menemukan Sang Prabu Jayanegara karena disembunyikan oleh Gajah Mada.
Setelah mengamankan rajanya di desa Badander, Gajah Mada kembali ke ibu kota untuk mencari dukungan. Ia mengumpulkan para pejabat di rumah tumenggung amancanegara (semacam wali kota) dan mengabarkan kalau Jayanagara telah meninggal di pengungsian.
Para pejabat tampak menangis sedih. Setelah meyakini kalau pemberontakan Ra Kuti yang saat itu dikenal Rakyat Majapahit dengan Pangkat Prabu Kuti ternyata tidak mendapat dukungan rakyat karena Prabu Kuti menaikkan pajak sangat tinggi, maka Gajah Mada pun memberi tahu keadaan yang sesungguhnya, bahwa raja masih hidup.
Akhirnya perang gerilya Gajah Mada ini sukses besar, Ra Kuti berhasil dikalahkan. Berkat jasanya tersebut, Jayanagara mengangkat Gajah Mada sebagai patih. Dari sini, secara pasti karir Gajah Mada terus melejit hingga patih amangkubhumi di pemerintahan Hayam Wuruk.
.Pemilihan lokasi persembunyian Jayanagara oleh Gajah Mada di Badander inilah yang hingga kini dijadikan penghubung munculnya cerita rakyat masa kecil sang patih tersebut. Hal ini didasarkan pada lokasi persembunyian yang tidak jauh dari Desa Modo (Sekarang kecamatan), asal usul cerita Joko Modo.