Tradisi Perang Topat lahir di sekitar tahun 1500-an. Saat agama Hindu dan Islam menyebar di Pulau Lombok secara bersamaan, potensi konflik dapat diredakan dengan tradisi Perang Topat.
Perang topat adalah sebuah acara adat yang diadakan di Pura Lingsar, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok.
Acara ini dilakukan pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak. Sore hari yang merupakan puncak acara yang dilakukan setelah salat ashar atau dalam bahasa Sasak rarak kembang waru (gugur bunga waru). Tanda itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar.
Ribuan umat Hindu dan Muslim memenuhi Pura Lingsar, dua komunitas umat beda kepercayaan ini menggelar prosesi upacara Puja Wali, sebagai ungkapan atas puji syukur limpahan berkah dari Sang Pencipta.
'Perang' yang dimaksud adalah dengan saling melempar ketupat di antara masyarakat muslim dengan masyarakat hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang sering kali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal.
Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan. Perang Topat dan pujawali menyuguhkan pluralisme kuat yang melibatkan dua umat beragama Islam dan Hindu.
Inilah adat bersama antara umat Hindu dan Islam yang hidup.subur di tanah Lombok, sebagai simbol toleransi di Nusantara.