Seorang pemuda berwajah tampan, bernama Damarwulan, adalah putera Patih Udara,yang telah wafat. Ayahanda Damarwulan, sebelumnya menjabat Patih di Majapapahit, namun karena kelicikan,
Logender adiknya yang juga menjadi salah satu pejabat dibawahnya,maka ayahanda Damarwulan, Patih Udara, atau ada juga yang menyebut dengan nama Patih Maudara pun tergeser. Logenderpun ditunjuk menjadi Patih, menggantikan kedudukan Patih Udara.
Pada suatu hari Damarwulan berpamitan kepada ibu dan pakdenya, Begawan Mustikamaya . Begawan Mustikamaya rela dan mantap meelepas kepergian Damarwulan.
Karena Begawan Mustikamaya, telah membekali ilmu pengetahuan dan tata kaprajan, juga tak lupa Begawan Mustikamaya, memberikan ilmu kanuragan atau ilmu bela diri serta menurunkan kesaktiannya pada Damarwulan.
Sebagai bekal keberang katan Damarwulan untuk mengabdikan diri pada kerajaan Majapahit, Damarwulan ingin menerus kan pengabdian ayahnya, Patih Udara.
Dengan berbekal cita cita, Damarwulan pun berangkat ke Majapahit, diantar kedua paman pamongnya, bernama Noyogenggong, dan Sabdopalon. Ibu serta Pakde nya merestui keberangkatan Damarwulan ke Majapahit.Mereka berangkat dari desanya Paluhamba ke Kutaraja Majapahit, Sebelumnya patih Logender memang pernah memanggil Damarwulan ke kepatihan.
Rencananya mau di abdikan sebagai perajurit pada Kerajaan Majapahit. Karena Majapahit saat ini membutuhkan tambahan perajurit untuk memperkuat pertahanan Karajaan Majapahit. Terlebih lebih untuk mempertahankan Majapahit dari serangan Adipati Menakjingga dari Blambangan.
Ibu Damarwulan berharap besar pada adiknya, patih Logender. Tetapi sebenarnya Patih Logender tidak sebaik Patih Udara. Ia seorang pendengki, penghasut dan iri hati.Pendiriannya cepat berubah. hari ini baik, besok sudah berubah menjadi jahat.
Sesampai di Kepatihan, Damarwulan ditemui oleh anak anak Patih Logender, yang garis persaudaraannya masih saudara sepupu. Melihat Damarwulan, Layang Seta dan Layang Kumitir seperti merasa iri.
Betapa tidak Damarwulan yang berwajah tampan, kulitnya putih bersih, dadanya bidang, tubuhnya atletis, maklumlah ia anak seorang patih yang dibesarkan didesa, apalagi dengan pakaian seorang satria, dipastikan akan banyak wanita yang akan mencintainya.
Maka sebagai pelampiasannya, dengan sewenang wenamg, Layang Seta membekap Damarwulan dari belakang dan menghimpit kedua bahu Damarwulan kuat kuat, sehingga Damarwulan terkejut dan dibuat tidak berdaya.
Layang Kumitir segera mencabut seluruh pakaian dari tubuh Damarwulan. Mereka membuka dengan paksa seluruh pakaian kesatriaan yang dipakai Damarwulan dan menggantikannya dengan pakaian kerja yang sudah kumal.
Namun setelah bertukar baju kumal, ternyata Damarwulan masih memancarkan pamornya, ia bahkan kelihatan lebih tampan, wajahnya menjadi kelihatan bersinar, dan tubuhnya kelihatan lebih menawan, dikontraskan dengan baju kumal yang dipakainya. Menjadikan Layang Seta dan Layang Kumitir semakin berang.
Damarwulan kemudian diseret seret ke kandang kuda, sesampai di kandang kuda, Damarwulan didorong hingga terjatuh ditumpukan kotoran kuda. Melihat kesengsaraan Damarwulan, kedua anak Patih Logender tertawa terbahak bahak, dan segera meninggalkan Damarwulan yang terbengong bengong.
Disitulah tempat kerja Damarwulan sebagai perawat kuda kepatihan. Ada duapuluhan kuda yang harus diurusnya. Tiap hari Damarwulan bersama kedua pamongnya mencari rumput, memandikan kuda dan membersihkan kandang kuda hingga bersih.
Sebenarnya Damarwulan ingin berjumpa dengan Patih Logender pamannya, untuk meyakinkan apakah maksud sebenarnya dengan mengundang ke kepatihan, yang menurut Ibundanya akan diabdikan ke Kerajaan Majapahit, menjadi seorang perajurit.
Tetapi setelah dipikir lagi, maka Damarwulan lebih baik membatalkan keinginannya daripada menghadap pamannya.
Beberapa hari kemudian, Patih Logender berkesempatan menemui Damarwulan. Damarwulan melihat pamannya mendekati, menjadikan ia harap harap cemas, apa mungkin ia jadi dibawa ke Keraton Majapahit. Ternyata tidak. Patih Logender tetap meminta kepada Damarwulan agar lebih tekun dalam bekerja di kepatihan, walaupun hanya jadi tukang angon kuda.
Ternyata niat pamannya, patih Logender memang telah berubah, ia tidak jadi membawa Damarwulan ke istana, tetapi dipekerjakan sendiri di kandang kudanya. Kedua pamannya Noyogenggong dan Sabdopalon merasa kasihan pada Damarwulan. Mereka melihat Damarwulan selalau disia siakan oleh Patih dan kedua anaknya, yang masih terhitung keluarga sendiri.
Sudah berapa kali Noyogenggong dan Sabdopalon mengajak Damarwulan pulang kedesa, namun Damarwulan selalu bertahan. Namun keadaan seperti inilah yang menempa dirinya menjadi kuat dalam menahan kesabaran dan semakin mendekatkan diri dengan Tuhan nya.
Hasil kerjanyapun tidak pernah dihargai. Damarwulan sering dihajar oleh kedua sepupunya. Hampir setiap pulang kerja dari mencari rumput ia selalu dicambuknya. Kadang kadang keranjang rumput yang sudah isi penuh, ditendang tendangnya,hingga rumputnya berceceran kemana mana.
Suatu sore Damarwulan pulang agak terlambat daripada biasanya., karena mencari rumput semakin susah didapat, sehingga ia mencari rumput agak jauh dari tempat biasanya. Layang Seta dan Layang Kumitir menjadi berang, Mereka mencabut baju Damarwulan, dan mengikat kedua tangan di tiang hukuman.
Terdengar suara lecutan cambuk berkali kali, melukai punggung Damarwulan. Luka Damarwulan terlihat parah. Darah mengucur dari punggungny.Anjasmara anak perempuan Patih Logender, melihat kejadian itu, tidak tega. Kepada kedua adiknya diminta agar menghentikan perbuatannya.
Namun mereka malah mengancam Damarwulan, tidak akan diberi makan. Sedangkan lecutan lecutan cambuk masih terdengar. Damarwulan pasrah dengan keadaannya. Sementara Kedua pamongnya Noyogenggong dan Sabdopalon menangisi momongannya.
Damarwulan pingsan dan terkulai dengan kedua tangan masih terikat. Tubuh Damarwulan bergelantungan di tiang hukuman. Setelah melihat Damarwulan pingsan dan tak berdaya, kedua anak laki laki Patih Logender pun meninggalkan tempat penyiksaan, dan mengancam tidak satu orangpun boleh melepaskan Damarwulan, dan apabila ada yang berani, akan mendapat hukuman cambuk pula.
Sampai dengan malam temaram, Damarwulan mash tak sadarkan diri, dan kedua pamongnya menunggui dengan harap harap cemas. Ingin kedua pamongnya memboyong tuannya, Damarwulan ketempat lain, tetapi tak ada keberanian.
Rembulan telah memasuki peraduannya, malam semakin gelap. Tiba tiba terlihat oleh kedua pamongnya, sepasang bayangan orang mendekatinya. Mereka gemetaran dan ketakutan, jangan jangan Layang Seta dan Layang Kumitir yang datang, atau mungkin ada hantu penasaran, arwah orang orang yang mungkin telah dibunuh oleh mereka sebelumnya.
Ternyata yang datang adalah Dewi Anjasmara, bersama biyung emban Palipurati. Anjasmara minta kepada Noyogenggong dan Sabdopalon melepaskan ikatan Damarwulan, dan membawanya ke dalam taman sari Kepatihan Majapahit. Kedua pamong Damarwulan, dengan sigap menolong Damarwulan dan dengan cepat menggotong Damarwulan kedalam taman.
Sampai di dalam keputren. Anjasmara dengan ditunggui Noyogenggong dan Sabdopalon melepaskan baju Damarwulan yang kotor dan di lapnya dengan air hangat pada punggung Damarwulan yang luka. Kemudian ditaburnya dengan ramuan obat obatan.
Dalam waktu tak lama Damarwulanpun sadar kembali. Ia terkejut setelah mengetahui ia didalam kamar Anjasmara, dan Damarwulan menjadi malu ketika mengetahui sudah berganti baju pula. Damarwulan merasa bahagia, baru kali ini mendapat perhatian dari seorang wanita. Damarwulan terpesona dengan kecantikan Anjasmara. Dewi Anjasmara menyatakan cintanya kepada Damarwulan.
Tanpa disadari oleh mereka, ternyata ada seorang emban yang lain, telah keluar dari taman, dan melaporkan pada Layang Seta dan Layang Kumitir, bahwa Damarwulan melakukan perbuatan mesum dengan Anjasmara.
Anjasmara terkejut dengan kehadiran Layang Seta, Layang Kumitir dan ayahnya Patih Logender secara tiba tiba. Patih Logender me ngobrak abrik seluruh kamar keputren, Akhirnya Damarwulan dan kedua pamongnya ditangkap dan dihajar oleh kedua Layang bersaudara.
Anjasmara mengatakan sebenarnya Damarwulan dan dirinya tidak pernah melakukan perbuatan hina yang bisa mencemarkan nama baik keluarga kepatihan. Mereka berdua didalam kamar bersama paman Noyogenggong, Sabdapalon dan biyung emban Endang Palipurati.
Anjasmara telah membawa Damarwulan dari tiang hukuman masuk kedalam keputren untuk mengobati luka bekas lecutan cambuk Layang Seta dan Layang Kumitir, sedangkan Damarwulan dalam keadaan pingsan.
Patih Logender tidak mau mendengar pembelaan Anjasmara, tetapi malah memarahi Anjasmara dan Damarwulan, bahwa perbuatan yang dilakukan dalam kamar itu adalah perbuatan tercela, perbuatan asusila dan diperintahkannya Layang Seta dan Layang Kumitir untuk menangkap Damarwulan serta kedua abdinya dan memasukkannya kedalam penjara.
Sepanjang jalan menuju ke penjara, Damarwulan dipukuli oleh keduanya. Damarwulan mengalami penyiksaan penyiksaan lagi. Sudah beberapa hari ini Damarwulan berada dalam penjara. Damarwulan mendapatkan makanan yang basi, dan kadang kadang makanannya dilempar begitu saja ke tanah, seperti memberi makan hewan saja.
Begitu dihinanya Damarwulan dan menerima siksaan demi siksaan. Namun Damarwulan pasrah dan mohon perlindungan dewata. Sehingga sampai pada suatu malam,
Patih Logender melihat cahaya terang dari dalam penjara, namun setelah di amat amati, ternyata sinar itu berasal dari Damarwulan, yang sedang bersemadi. Melihat keadaan itu Patih Logender, tertegun, karena kelihatannya Damarwulan memiliki wahyu keraton Majapahit, dan barangsiapa yang memiliki wahyu keraton, maka bisa menjadi raja.
Oleh karena ada perasaan iri inilah, maka sejak awal kedatangannya, Damarwulan dijadikan tukang kuda supaya tidak diketahui keberadaannya oleh Sri Ratu. Iri yang sedemikian hebatnya menjadikan Patih Logender semakin tega kepada Damarwulan, termasuk juga menyingkirkan Damarwulan, agar tidak menghalang halangi karier kedua anaknya.
Damarwulan dan kedua pamongnya hanya bisa pasrah, Mereka tidak tahu apa lagi yang akan terjadi,Hari hari berikutnya masih seperti biasa, Damarwulan dan kedua pamongnya masih menghuni penjara Kepatihan
Pagi ini. Prabu Sri Subha Siti Ratu Ayu Kencana Wungu, akan menggelar persidangan dengan segenap para nayaka dan pangembating praja Majapahit. Persidangan itu membicarakan hal penting yang sampai sekarang belum bisa terselesaikan.
Yaitu membicarakan keamanan dan keselamatan negara Majapahit. Sehubungan adanya Pemberontakan Adipati Menakjingga dari Blambangan. Tak ketinggalan pula Patih Logender hadir dalam persidangan ini.
Patih Logender, merasa dipermalukan oleh Prabu Sri Ratu Ayu Kencana Wungu.Karena diitengah persidangan yang dihadiri segenap para nayaka praja serta sentana praja, ia di tegur hanya karena Damarwulan. Ternyata Ratu Ayu Kencana Wungu, sudah mendengar berita, kalau Damarwulan sudah berada di rumah Kepatihan beberapa waktu yang lalu.
Ratu Ayu merasa tertipu oleh Patih Logender. Karena sudah tiga bulan ini Ratu Ayu memerintahkan Patih Logender mencari seorang pemuda bernama Damarwulan. Namun setelah Damarwulan ditemukannya tidak dihadapkan kepada Sang Ratu.
Setelah lama menunggu tidak ada kabar beritanya, maka Sri Ratu melalui perajurit telik sandi mencari keberadaan Damarwulan. Damarwulan, seorang pemuda yang muncul dalam impian Sri Ratu, adalah senapati perang yang tangguh. Didalam impiannya, terlihat Damarwulan berhasil menaklukkan Adipati Menakjingga.
Menurut Sri Ratu, impian itu merupakan petunjuk dari Dewata. Oleh karena itu Patih Logender diminta menghadirkan Damarwulan sekarang juga. Patih Logender tak bisa mengelak, ia hanya bisa mengatakan, bahwa Damarwulan yang ada di Kepatihan adalah Damarwulan kemenakannya dari desa, dan Damarwulan yang ini, tak mungkin bisa menjadi senapati, karena ia adalah tukang ngarit cari rumput, mana mungkin tukang ngarit menjadi senapati perang, atau mungkin Damarwulan yang dalam impian Sang Ratu adalah Damarwulan yang lain.
Ratu Ayu segera mengulangi perintahnya agar Patih Logender menghadirkan Damarwulan, menghadap Ratu Ayu Kencana Wungu sekarang juga. Patih Logender segera kembali kepatihan dan mengeluarkan Damarwulan dari penjara.
Patih Logender mengajak Damarwulan menghadap Sri Ratu. Damarwulan merasa heran, mengapa pamannya baru kali ini mengajak ke Istana Majapahit. Jangan jangan ada maksud lain pada Damarwulan, ataukah ia akan dilaporkan kepada Sri Ratu biar dijatuhi hukuman mati oleh Sri Ratu.
Ataukah ada yang memfitnah dirinya, sehngga ia akan mendapat hukuman di Istana Majapahit, Kedua pamongnya juga menyarankan agar hati hati kepada Patih Logender. Karena Patih Logender hanya memikirkan kekuasaan, dan sudah melupakan keluarga sendiri.
Antara iya atau tidak, akhirnya Damarwulanpun mengikuti kepergian adik bapaknya, Patih Logender ke Majapahit. Patih Logender membawakan baju Damarwulan yang dirampas Layang Seta dan Layang Kumitir dan juga sebilah keris pusaka peninggalan Ayahandanya.
Damarwulan segera diperintahkan mandi dulu, dan sekaligus berpakaian yang rapi. Selesai mandi dan berpakaian kesatria, Patih Logender terkejut, melihat Damarwulan sangat tampan dan sungguh mempunya wibawa sebagai seorang raja.
Ia memiliki Wahyu Keraton, pikir Pamannya, Patih Logender. Dengan keris yang diselipkan di ikat pinggangnya menambah serasi perawakan Damarwulan. Patih Logender sebenarnya sayang kepada Damarwulan, tetapi ia tidak mau mengorbankan nasib kedua anak laki laki kesayangannya. Maka sikap Paman Patih Logender selalu berubah pada Damarwulan.
Kadang baik, kadang jahat, agaknya malah sering jahatnya. Kemudian berangkatlah mereka ke Istana Majapahit. Kedua paman Damarwulan dengan cemas, mengikuti keberangkatkan mereka dari belakang.
Tidak lama kemudian Patih Logender telah sampai kembali ke Istana Majapahit bersama Damarwulan. Damarwulan datang menghadap Sri Ratu Ayu Kencana Wungu. Sri Ratu Ayu Kencana Wungu terpesona dengan ketampanan Damarwulan, dan merasa lega bisa bertemu dengan Damarwulan.
Sri Ratu Ayu memerintahkan Damarwulan untuk menumpas pembrontakan Adipati Menakjingga di Blambangan. Damarwulan siap melaksanakan tugas dari Sri Ratu. Patih Logender terusik hatinya,,apabila Damarwulan berhasil menumpas pemberon takan Menakjingga, pastilah ia akan diangkat menjadi raja Majapahit mendampngi Sri Ratu Ayu Kencana Wungu.
Maka Patih Logender secara diam diam menyusun rencana untuk menjegal tugas yang diberikan oleh Sri Ratu kepada Damarwulan. Setiba di Kepatihan Patih Logender segera memanggil anak kesayangannya Layang Seta dan Layang Kumitir. Mereka menyusun rencana bersama.
Mereka bahkan tega memasukkan rencana untuk membunuh Damarwulan, apabila semua rencana yang telah disusun gagal. Sementara itu, Anjasmara merasa keberatan andaikata Damarwulan menjadi duta Sri Ratu menangkap Menakjingga yang terkenal digdaya, sakti mandraguna.
Setelah dihibur dan di janji yang manis manis, Anjasmara akhirnya merelakan kepergian Danarwulan ke Blambangan. Dengan doa dan tetesan air mata Anjasmara, Damarwulanpun berangkat bersama dengan kedua pamongnya.
Dengan berkuda mereka pergi menuju Blambangan Berkali kali Damarwulan dicegat kelompok brandalan baik dari Majapahit maupun Blambangan. Namun Damarwulan dapat mengalahkan mereka. Rupanya para berandal itu dibayar oleh Patih Logender untuk membunuh Damarwulan.
Setelah mereka menempuh perjalanan selama tiga hari tiga malam, sampailah mereka di kutaraja Blambangan. Mereka turun dari kudanya, dan dengan hati hati mereka bertiga mendekati taman Probolinggo.
Kedatangan mereka ternyata telah diketahui istri Prabu Menakjingga, yaitu Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Mereka merasa senang sekali, menerima kedatangan Damarwulan dan kedua pamongnya, rasanya seperti kedatangan dewa.
Damarwulan dan kedua pamongnya dipersilakan masuk kedalam keputren, Damarwulan dan kedua pamongnya senang sekali. Berbagai hidangan telah dihidangkan. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, menjadi jatuh cinta pada Damarwulan. Mereka kagum dengan ketampanan Damarwulan.
Mereka akan membantu Damarwulan untuk mengalahkan Menakjingga, asalkan Damarwulan mau menerima cinta mereka. Damarwulanpun menerima cinta kedua istri Menakjingga. Untuk sementara waktu Damarwulan dan kedua pamongnya tinggal dalam keputren, untuk menghilangkan rasa penat dan capek setelah lama dalam perjalanan.
TENTANG JAKA UMBARAN NAMA LAIN MINAK JINGGA
Sebenarnya, Adipati Menakjingga tidak tahu apa kesalahannya, sehingga Ratu Kencana Ayu menyatakan Blambangan memberontak terhadap Majapahit Adipati Menakjingga hanya meminta janji Ratu Kencana Wungu untuk memberikan negeri Majapahit, dan Ratu Kencana Wungu juga menjadi pendampingi Jaka Umbaran menjadi istrinya.
Sedangkan Kebo Marcuet pun telah terbunuh dan Blambanganpun jatuh ketangan Joko Umbaran. Mengapa terjadi hal demikian, inilah kisahnya.
Tersebut Kisah Jaka Umbaran seorang pemuda tampan datang dari sebuah desa jauh dari Kutaraja Majapahit. Tergerak hatinya ketika Majapahit mengumumkan seleksi pemilihan para jawara yaitu, siapa saja dalam pertandingan yang paling unggul diantara semua peserta akan diangkat menjadi senapati perang.
Dalam adu tanding,yang diadakan olh Ratu Ayu Kencanawungu Jaka Umbaran berhasil meraih kemenangan. Setelah terpilih menjadi perajurit pilihan, Jaka Umbaran dipanggil menghadap Sri Ratu. Melihat ketampanan pemuda yang bernama Jaka Umbaran, Sri Ratu tepesona.
Jaka Umbaran diperintahkan untuk menumpas pembrontakan Kebo Marcuet yang ingin merebut pemerintahan sah Kerajaan Majapahit. Jaka Umbaran dijanjikan akan menjadi Raja Majapahit dan Sri Ratu Ayu bersedia menjadi permaisurinya.
Sesampai di Kutaraja Blambangan, kini Jaka Umbaran sudah bisa berhadap hadapan dengan Prabu Kebo Marcuet, Mereka mengadu kesaktian. Keduanya kelihatan sangat kuat. Namun ketika Prabu Kebo Marcuet mengeluarkan pusaka andalannya, berupa Gada Wesi Kuning, Jaka Umbaran terkena pukulan Gada Wesi Kuning Prabu Kebo Marcuet, sehingga jatuh tidak berdaya.
Jaka Umbaran wajahnya hancur terkena pukulan Gada Wesi Kuning Prabu Kebo Marcuet. Jaka Umbaran diperkirakan telah mati, dan dilemparkan ke jalanan begitu saja. Joko Umbaran ditemukan oleh seseorang yang bernama Dayun.
Dayun merasa kasihan. Jaka Umbaran walaupun kepalanya sudah pecah, masih bisa bicara. Akhirnya Jaka Umbaran dibawa ketempat pendeta sakti Ki Ajar Pamengger. Joko Umbaran dirawat oleh Ki Ajar Pamengger hingga sembuh. Namun wajah Joko Umbaran tidak tampan lagi.
Wajahnya menakutkan,demikian juga suaranya telah berubah sama sekali.Sehingga semua orang yang semula mengenal Jaka Umbaran, tidak akan percaya dengan keadaan Joko Umbaran yang sekarang.
Dalam versi lain, Joko Umbaran waktu melawan Prabu Kebo Marcuet, terkena pukulan pusaka Gada Wesi Kuning dari Prabu Kebo Marcuet Jaka Umbaran jatuh pingsan.
Karena Prabu Kebo Marcuet, takut Jaka Umbaran bangun lagi, dan nantinya menyerang Prabu Kebo Marcuet kembali, maka dengan pedang Sengkayana yang ia punyai, segera menebas leher Jaka Umbaran. Sedangkan tubuhnya dibuang begitu saja kejalanan Tubuh Joko Umbaran yang tanpa kepala itu masih bisa bernafas.
Tubuh Jaka Umbaran yang tanpa kepala, ditemukan oleh Dayun. Oleh Dayun tubuh Jaka Umbaran dibawa kepertapaan Ki Ajar Pamengger. Oleh Ki Ajar Pamengger tubuh Jaka Umbaran masih bisa ditolong.
Namun berhubung tubuh Jaka Umbaran sudah tidak ada kepalanya, maka dengan terpaksa diganti dengan kepala seeekor binatang sebagai pengganti kepalanya yang hilang.
Ternyata setelah disambungkan, Jaka Umbaran hidup kembali tetapi dengan kepala seekor binatang. Bahkan ada versi lagi, sebenarnya Jaka Umbaran masih saudara kembar dari Damarwulan, yang berasal dari ari ari Damarwulan sendiri.
Setelah kekuatan Jaka Umbaran pulih kembali, Jaka Umbaran kembali ke Istana Blambangan, dan perkelahian Jaka Umbaran dengan Prabu Kebo Marcuet yang kedua kalinya.terjadilah. Sementara mereka berkelahi, Dayun berhasil menyusup ke kamar Kebo Marcuet.
Ia segera mengambil pusaka Gada Besi Kuning dan Pedang Sengkayana. Kedua senjata itu diberikan kepada Jaka Umbaran. Akhirnya Prabu Kebo Marcuet mati ditangan Jaka Umbaran.
Setelah berhasil mengalahkan Prabu Kebo Marcuet, Jaka Umbaran menghadap Sri Ratu Ayu Kencana Wungu, melaporkan kalau Prabu Kebo Marcuet telah berhasil dikalahkan. Kemudian Jaka Umbaran melamar Sri Ratu Ayu untuk menjadi istrinya.
Tetapi Sri Ratu tidak mau menerimanya, karena ia sudah tidak mengenal lagi Jaka Umbaran. Jaka Umbaran marah, dan kembali ke Blambangan dengan mengangkat dirinya menjadi raja Blambangan, dengan gelar Prabu Menakjingga.
Sedangkan Patih Angkotbuto dan Patih Angkatbuto, para patih semasa Prabu kebo marcuet masih di pertahankan menjadi patih patihnya. demikian pula istri istri Prabu Kebo Marcuet pun di ambil menjadi isri istrinya.
Pengangkatan diri Jaka Umbaran menjadi Raja Blambangan tidak diakui oleh Prabu Sri Ratu Ayu Kencana Wungu. Ratu Ayu menganggap bahwa pengangkatan dirinya menjadi Raja Blambangan adalah perbuatan mbalela kepada Pemerintah syah Majapahit.
Sri Ratu Ayu Kencana Wungu kemudian mengutus Adipati Ranggalawe memimpin perang ke Blambangan, untuk menangkap Menakjingga. Ranggalawe adalah Adipati Tuban, Sekarang Pasukan Tuban sudah bersiap untuk menyerang Blambangan.
Namun sebelum berangkat perang, Adipati Ranggalawe mendapat bisikan suara dewa, bahwa Adipati Ranggalawe sudah saatnya meninggal, maka dimintanya untuk bersiap siap ke alam kelanggengan. Namun Adipati Ranggakawe minta tambah umur, sampai ia bisa bertemu dengan Menakjingga dan berkelahi dengan Menakjingga.
Dewata menyetujui. Setelah sampai di Blambangan,terjadilah perang antara pasukan kadipaten Tuban dan Blambangan. Pasukan Blambangan terdesak mundur. Adipati Menakjingga tertangkap oleh Adipati Ranggalawe, Menakjingga menunduk ketakutan ketika melihat Adipati Ranggalawe sedang menghunus pusakanya, untuk menghukum Menakjingga.
Sedangkan Menakjingga sendiri sudah tidak berkutik lagi.Tetapi dewata menentukan lain, dewata telah menjemput sukma Adipati Ranggalawe kembali ke alam kelanggengan. Menakjingga merasa heran, mengapa begitu lama Adipati Ranggalawe menghunus pusakanya.
Menakjingga akhirnya mengerti kalau Adipati Ranggalawe yang dipanggilnya paman Ranggalawe, telah wafat, dengan posisi masih berdiri dengan gagahnya. Menakjingga menangisi kepergian paman Ranggalawe.
Sebenarnya ia sudah merelakan dirinya dibunuh oleh paman Adipati Ranggalawe, daripada kecewa tidak bisa mempersunting Sri Ratu Ayu Kencana Wungu. Kematian Adipati Ranggalawe, merupakan pukulan hebat bagi Kerajaan Majapahit.
Namun kegundahan hati Sri Ratu Ayu Kencana Wungu akan berakhir, ketika ia mendapatkan prajurit andalan yang bernama Damarwulan, yang pernah dijumpai didalam impiannya
Damarwulan telah beberapa saat tinggal di Keputren Probolinggo. Segala kepenatan dan kelelahan telah berkurang. Ketika mereka saling menceritakan keadaan masing masing, terdengar suara pintu didobrak orang. Ternyata Adipati Menakjingga telah mengetahui kedatangan Damarwulan.
Menakjingga tahu persis siapa tamunya, Menakjingga menantang Damarwulan, agar keluar menghadapinya berkelahi antara dua laki laki, bertanding secara jantan.Damarwulan melangkah keluar menghampiri Menakjingga.
Damarwulan melihat Menakjingga beserta abdi kinasihnya, Dayun, sedang memperhatikan dirinya, yang sedang melangkah memnghampirinya.Damarwulan mengaku duta Sri Ratu untuk menangkap Menakjingga.
Menakjingga tertawa kecut, karena iapun duta ratu yang pertama yang mendapat tugas membunuh Paman Prabu Kebo Marcuet, tapi setelah ia berhasil membunuh Prabu Kebo Marcuet, Sri Ratu telah ingkar janji.
Ia tidak mendapat apa apa, tidak Kerajaan Majapahit ataupun kawin dengan Sri Ratu Kencana Wungu, maka Menakjingga merasa kasihan dengan Damarwulan,dan menyarankan agar lebih baik pulang saja ke desanya, jangan sampai pengalaman Menakjingga terulang kembali pada Damarwulan.
Menakjingga pun sudah tidak mengharap apa apa dari Sri Ratu Kencana Wungu, karena sekarang ia sudah menjadi Raja Blambangan, dan sudah tidak mau berurusan dengan Sri Ratu. Damarwulan tidak menanggapi pembicaraan Menakjingga, Damarwulan hanya minta kepada Menakjingga, agar menyerahkan diri dan akan dibawa kehadapan Sri Ratu Majapahit.
Menakjingga tidak mau, lebih baik mati daripada menjadi tawanan Sri Ratu Majapahit. Maka terjadilah perkelahian hebat antara Damarwulan dan Menakjingga. Mereka saling mengeluarkan ajian dan pusaka pusaka yang mereka punyai. Suara suara ledakan terdengar di tengah malam di Taman Probolinggo.
Suaranya sangat memekakkan telinga. Kadang kadang mereka saling terpental, karena adu kesaktian. Menakjingga terjatuh, dan dikejar oleh Damarwulan, tetapi Menakjingga segera bangkit dan terjadilah perkelahian kembali.
Menakjingga kemudian menantang Damarwulan, untuk menusuk semua bagian tubuhnya. Menakjingga geli ketika Damarwulan menusuk nusukkan kerisnya didaerah sensitif. Akhirnya Menakjingga mengingatkan, silakan kalau mau tusuk tusuk, asal jangan tusuk mata.
Damarwulan cepat cepat menusuk mata Menakjingga. Menakjingga sesaat menjadi buta tidak dapat melihat apa apa, Ketika penglihatannya telah pulih, Menakjingga tidak main main lagi, dimintanya gada besi kuning yang dibawa Dayun, lalu dipukulkan ketubuh Damarwulan, Damarwulan tewas seketika.
Menakjingga mengambil pedang Semgkayana, yang dibawa Dayun, untuk memenggal kepala Damarwulan. Tetapi Dayun tidak memberikannya. Karena Damarwulan sudah mati, dan tidak perlu lagi memenggal kepala Damarwulan.
Kebetulan pula Menakjingga merasa sangat mengantuk, Ia kemudian berpamitan kepada Dayun, akan kembali ke Istana, Kemudian pusaka Gada besi kuning dan pedang Sengkayana dibawa sendiri oleh Menakjingga untuk disimpan didalam gudang pusaka.
Sedangkan Dayun disuruh menunggui mayat Damarwulan yang tergeletak dihalaman taman Probolinggo.
Namun Dayun tidak mau menjaga, karena orang mati tidak akan kemana mana. Dayun pun mengikuti bendoronya, kembali ke Istana, untuk tidur pula, Sementara Menakjingga dan Dayun pergi dari Tamansari Probolinggo, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan mendekati Damarwulan yang telah tewas akibat pukulan gada besi kuning.
Dimintanya kedua pamong Damarwulan menggotong Tubuh Damarwulan masuk kedalam keputren Taman Probolinggo. Noyogenggong dan Sabdopalon segera membawa Damarwulan masuk kedalam kamar Damarwulan kemudian mendapat perawatan.
Sementra itu Dewi Wahita memercikkan tirta panguripan pada kedua mata Damarwulan. Khasiat Tirta Panguripan, adalah menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para tabib dan obat obatan yang ada, juga menghidupkan orang mati yang belum saatnya, masih diluar kehendak dewata.
Damarwulan kembali seperti semula, karena dewata belum menghendaki Damarwulan kembali ke jaman kelanggengan. Damarwulan kemudian bersemedi, bersyukur atas segala limpahan nikmat yang telah diberikan Dewata.
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan,Kemudian berpamitan kepada kedua Noyogenggong dan Sabdopalon, mau ke Istana Menakjingga. Sesampai di depan Gapura Istana, Dewi Puyengan membaca aji panyirepan, sehingga seluruh penghuni Istana akan tertidur pulas.
Tanpa menemui kesulitan yang berarti kedua isteri Menakjingga telah memasuki Gedong Pusaka. Mereka telah menemukan tempan penyimpanan kedua pusaka. Mereka berusaha mengambil kedua pusaka Menakjingga, namun sangat berat.
Kedua pusaka tidak mau bergeser dari tempatnya. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, masih ingat pernah diberitahu oleh Menakjingga, yaitu sewaktu akan mengambil tidak boleh bernafas. Akhirnya kedua pusaka Menakjingga dapat terambil dengan begitu mudah.
Kedua istri Menakjingga segera meninggalkan Gedong Pusaka, dan segera kembali ke taman Probolinggo.Sesampai di taman Probolinggo, Damarwulan baru selesai dari semedinya. Pada keesokan harinya, Di Istana Blambangan, Menakjingga telah kehilangan kedua pusakanya, yaitu Pusaka Gada Wesi Kuning dan Pedang Sengkayana.
Menakjingga memerintahkan para punggawa dan para abdi untuk mencari kedua pusakanya, namun tidak dapat diketemukan. Kedua Patihnya otbuto dan Angkatbuto, serta ki Ajar Pamenggar menjadi pelampiasan.
Olek Ki Ajar Pamengger, dengan kekuatan spiritualnya, akhirnya menemukan keberadaan pusaka Gada Wesi Kuning dan Pedang Sengkayana, ternyata dicuri oleh kedua istri Menakjingga sendiri, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan.Menakjingga menjdi lepas kendali.
Ia segera pergi ketempat istrinya untuk minta kembali kedua pusakanya. Dayun, sebagai abd kinasihnya tidak mau ketinggalan, iapun mengawal kepergian Menakjingga ke taman Probolinggo. Sesampai di taman Probolinggo, kedatangan Menakjingga disambut oleh Damarwulan.
Menakjingga menjadi urka ketika melihat Gada Wesi Kuning dan pedang Sengkayana ada di tangan Damarwulan. Menakjingga kehilangan kendali. Diserangnya Damarwulan tanpa memperdulikan keselamatannya.
Berkali kali Damarwulan memukul tubuh Menakjingga, tetapi Menakjigga masih bisa bertahan, sampai akhirnya dengan sebuah pukulan keras mengenai kepala Menakjingga. Menakjingga jatuh dan tewas. Kedua istri Menakjingga berteriak histeris ketika melihat suaminya, Menakjingga terkena pukulan dikepalanya, jatuh dan tewas.
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan menghampiri Menakjingga yang telah tewas. Keduanya menangisi kematian Menakjingga. Setidak tidaknya mereka teringat kebahagiaan yang dialami selama ini bersama Menakjingga, Setelah keadaan mereda dan kedua istri Menakjingga merasa ikhlas akan kepergian suaminya, maka Damarwulan minta ijin untuk membawa kepala Menakjingga ke Majapahit.
Kedua istri Menakjingga pun merelakannya. Pertarungn telah selesai Kedua istri Menakjingga, kedua patihnya, Patih Kotbuto dan Payih Angkatbuto serta Ki Ajar Pamengger menyatakan sumpah setia pada Damarwulan, dan mengakui keberadaan Majahapahit.
Setelah saling berpesan, Damarwulan dan kedua pamannya berpamitan kembali ke Majapahit. Perjalanan mereka kembali ke Majapahit mengandung resiko yang lebih berat daripada waktu berangkatnya.
Karena Damarwulan sekarang membawa kepala Menakjingga, niscaya menjadi incaran orang orang yang berambisi menjadi raja Majapahit. Karena dengan membawa Kepala Menakjingga. ke hadapan Sri Ratu Ayu Kencana Wungu, adalah orang yang bisa mengalahkan Menakjingga, sehingga berhak menjadi raja Majapahit, dan sekaligus memperistri Sri Ratu Ayu Kencana Wungu.
Layang Seta dan Layang Kumitir sedang menyiapkan rencana untuk pembegalan Damarwulan yang telah berhasil membawa Kepala Menakjingga, uang sekarang kini sedang kembali ke Majapahit. Setelah menemukan tempat strategis, Layang Seta dan Layang Kumitir bersembunyi didalam rerimbunan semak semak belukar dipinggiran hutan dekat jalan yang akan dilalui Damarwulan pulang
Sementara itu Damarwulan dengan kudanya yang dikawal kedua pamannya yang juga berkuda melaju dengan kencangnya. Mereka sudah menempuh dua hari dua malam perjalanan, Sementara itu kuda mereka melesat bagaikan anak panah lepas dari busurnya.
Mereka merasa dalam keadaan kelelahan dan mengantuk karena belum pernah istirahat selama dalam perjalanan, semua itu untuk menyelamatkan bawaannya berupa kepala Menakjingga sampai kehadapan Ratu Ayu Kencana Wungu.
Tiba tiba saja terdengar suara pohon besar terpotong dari pangkalnya, dan jatuh menghunjam ketanah. Tanah sekitar pohon jatuh itu bergetar menakutkan.Sebuah pohon besar jatuh melintang ditengah jalan. Kuda mereka menjadi binal, ketakutan.
Damarwulan dan kedua pamongnya terjatuh dari kuda. Baru saja mereka bisa berdiri, mereka mendapat pukulan dari 2 orang bertopeng. Mereka jatuh tidak berdaya, mungkin saja mereka bertiga sudah tewas dibunuh.
Kedua orang misterius itu menyeret Damarwulan dan kedua pamongnya kedalam hutan. Sampai mereka di sebuah sumur beracun, mereka mengangkat Damarwulan, Noyogenggong dan Sabdopalon satu persatu dan dimasukkan kedalam sumur beracun.
Kedua orang yang tak lain adalah Layang Seta dan Layang Kumitir tertawa terbahak bahak, sambil mengangkat bungkusan kepala Menakjingga. Sedangkan ketiga kuda mereka yang sedang makan rumput, dicambuknya, sehingga ketiga kuda lari terbirit birit.
Karena ketiga ekor kuda itu, kuda pilhan, dan sudah “njilmo”pada Damarwulan serta kepada kedua paman Damarwulan, kuda kuda itu berusaha pulang ke kepatihan.Kini Layang Seta dan Layang Kumitir, pulang kembali ke Majapahit, dengan membawa Kepala Majapahit.
Mereka berdua pulang dengan gagahnya. Sementara itu di Kepatihan Majapahit, Terdengar suara derapan kuda, yang menjadikan kaget para penghuni rumah kepatihan, terutama Dewi Anjasmara dan Emban Palipurati.
Melihat ketiga kuda pulang tanpa membawa tuannya, hati Anjasmara menjadi was was, Tanpa pikr panjang lagi Anjasmara menangkap kuda Damarwulan, dan membawanya kembali ke arah Blambangan.
Anjasmara berusaha mencari keberadaan Damarwulan. Sementara itu Layang Seta dan Layang Kumitir telah mendekati Kutaraja Majapahit. Beberapa penjaga perbatasan mengetahui kedatangan kedua anak patih Logender, dan dipersilakan memasuki wilayah Kutaraja Majapahit.
Penjaga perbatasan merasa heran, barus saja mereka mendapat berita dari perajurit telik sandi, bahwa Damarwulan telah mengalahkan Menakjingga, mengapa sekarang yang datang membawa bungkusan berdarah itu mereka.
Padahal mereka juga telah meneruskan berita kemenangan Damarwulan kepada Sri Ratu. Mereka ketakutan Jangan jangan nanti pengawal perbatasan yang menyampaikan berita kemenangan Damarwulan, kepalanya bisa saja dipenggal.
Sri Ratu telah menerima kedatangan Layang Seta dan Layang Kumitir. Sri Ratu Kencana Wungu menjadi gusar dan ragu atas keterangan yang diberikan kedua Layang itu, karena sebelumnya Sri Ratu sudah menerima berita kemenangan Damarwulan.
Sedangkan Layang Seta merasa berhak menjadi raja di Majapahit dan memperistri Sri Ratu Kencana Wungu. Sri Ratu Ayu menenangkan pikirannya. Didalam hatinya, terbetik bahwa kedua anak Patih Logender tidak jujur, ada rekayasa yang membuat Damarwulan sampai sekarang belum bisa hadir.
Kemudian Sri Ratu memutuskan, bahwa ia tidak bisa memutuskan sekarang. Sri Ratu masih menunggu berita dari Blambangan. Sementara itu, Damarwulan dan kedua pamannya yang sekarang berada didalam sumur pass, ternyata masih mendapat perlindungan Dewata.
Tidak satupun orang mengira kalau didalam sumur pass ada sebuah kerajaan jin. Raja Jin Sumur pass memiliki seorang anak gadis yang cantik bagaikan bidadari. Didalam ceritanya, Damarwulan dan kedua pamannya yang tewas mendapat pertolongan sehingga mereka hidup lagi.
Damarwulan diperkenalkan dengan puterinya. Damarwulan tertarik hatinya kepada puteri raja sumur pass. Setelah beberapa waktu berada dikerajaan sumur pass, Damarwulan dan puteri Raja Jin Sumur Pass saling jatuh cinta dan akhirnya menjadi pasangan pengantin yang sangat berbahagia.
Setelah selesai perhelatan, Raja Jin Sumur pass bermaksud membantu menguraikan keruwetan yang dialami Damarwulan. Damarwulan menceritakan dengan teliti peristiwa peristiwa yang dialaminya. Mendengar cerita Damarwulan, Raja Jin Sumur Pass ganti menceritakan hasil penerawangannya peristiwa yang sedang berjalan.
Diceritakan bahwa yang menghantam Damarwulan dan kedua pamannya adalah Layang Seta dan Layang Kumitir. Sekarang mereka sudah di Mjapahit, dengan membawa Kepala Menakjingga. Mereka bersikukuh, bahwa mereka yang telah membunuh Menakjingga, karena Damarwulan telah tewas di tangan Menakjingga.
Namun kelihatannya Sri Ratu belum yakin atas pengakuan kedua anak Patih Logender. Sedangkan kuda kuda Damarwulan dan kedua kuda milik pamannya, telah dihajar oleh Layang Seta dan Layang Kumitir, sehingga lari tunggang langgang pulang ke Kepatihan.
Sedangkan Dewi Anjasmara melihat ketiga kudanya pulang tanpa membawa tuannya, Dewi Anjasmara mencemaskan keberadaan Damarwulan dan kedua pamannya. Dewi Anjasmara sekarang, mengambil satu ekor diantaranya dan dipacu kudanya menuju arah Blambangan mencari keberadaan Damarwulan.
Damarwulan terharu dan meneteskan air mata. Raja Sumur Pass meminta Damarwulan dan kedua pamannya kembali ke Blambangan, untuk mencari bukti tentang keberhasilan Damarwulan mengalahkan Menakjingga, sebagai pengganti kepala Menakjingga yang di begal Layang Seta dan Layang Kumitir.
Kini Damarwulan disuruh bersiap siap meninggalkan sumur pass. Ketiganya disuruh untuk memejamkan mata, dan menahan nafas, karena mereka akan melewati jalan sumur pass yang beracun. Dalam hitungan detik, mereka telah sampai di Istana Blambangan.
Sesampai di Istana Blambangan, Damarwulan menemui Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan serta kedua Patihnya, Patih Kotbuto dan Patih Angkatbuto Kehadiran Damarwulan kembali ke Blambangan, membuat terkejut penghuni Kadipaten Blambangan.
Meskipun demikian mereka telah siap melaksanakan perintah Damarwulan. Damarwulan menceritakan pengalamannya, yaitu waktu membawa kepala Menakjingga ke Majapahit, ditengah perjalanan dibegal oleh Layang Seta dan Layang Kumitir, sehingga Damarwulan tidak ada bukti kalau Damarwulan yang mengalahkan Menakjingga, karena kepala Menakjingga telah dibawa oleh Layang Seta dan Layang Kumitir.
Damarwulan meminta mereka menjadi saksi dihadapan Sri Ratu Ayu Kencana Wungu. Mereka besedia membantu Damarwulan, untuk bersaksi dihadapan Sri Ratu Ayu Kencna Wungu. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan naik kereta kecana Kadipaten Blambangan, dan tidak lupa membawa pusaka Gada Wesi Kuning dan pedang Sengkayana.
Sedangkan Patih Kotbuto dan Patih Angkatbuto, mengawal Kereta Kencana dengan berkuda. Dengan posisi disebelah kanan dan kiri Kereta. Posisi Damarwulan berada di depan sebagai penunjuk jalan, Sedangkan kedua Pamannya mengawal dari belakang kereta.
Damarwulan menghentikan rombongannya ketika melihat ada seseorang perempuan berkuda dengan cepatnya. Damarwulan menghentikan perjalanan wanita itu. Ternyata ia Anjasmara. Anjasmara segera mendekatkan kudanya kekuda Damarwulan.
Anjasmara sangat senang bisa bertemu lagi dengan Damarwulan. Damarwulan mengajak Anjasmara kembali bersama ke Majapahit. Akhirnya mereka berkuda bersama kembali ke Majapahit.
Semakin mendekati kutaraja Majapahit, Damarwulan semakin meningkatkan kewaspadaan, Betul juga perkiraan Damarwulan, belasan perajurit bersenjata panah, menyerang rombongan dari berbagai arah. Dengan mata batinnya.
Damarwulan segera meminta bantuan Raja Sumur Pass untuk menjaga dan keselamatan mereka. Tiba tiba saja kereta kencana dan kuda kuda beserta penumpangnya kasap mata dan tidak terlihat sama sekali oleh Perajurit Kepatihan. Rombongan Damarwulan dari Blambanganpun sampai di Istana Majapahit.
Sri Ratu Kencana Wungu menjadi terperanjat ketika melihat Damarwulan masih hidup. Damarwulan dan rombongan dari Blambangan segera menghadap Sri Ratu Kencana Wungu. Damarwulan menceritakan kejadian yang dialami selama mengemban tugas dari Sri Ratu.
Namun pihak Layang Seta dan Layang Kumitir menolak laporan Damarwulan yang isinya hanya fitnah dan penuh rekayasa belaka. Layang Seta meyakinkan, bahwa kepala Menakjingga yang dibawanya itu adalah mutlak yang harus dianggap satu satunya bukti.
Layang Seta menghendaki agar Sri Ratu mengangkat dirinya menjadi Raja Majapahit, dan setelah itu akan menghukum mati Damarwulan. Akhirnya Sri Ratu menutuskan, bahwa untuk keadilan dan kebenarannya, maka pihak Damarwulan dan Layang Seta - Layang Kumitir akan di adu pertarungan dalam blabar kawat.
Siapa saja yang memenangkan pertarungan itu akan diangkat menjadi raja, sedangkan yang kalah harus meninggalkan wilayah Majapahit. Sri Ratu Ayu Kencana Wungu memerintahkan Patih Menak Koncar untuk menyiapkan tempat pertarungan mereka.
Pertarungan segera dimulai, Damarwulan dikeroyok oleh kedua sepupunya sendiri, Layang Seta dan Kumitir.Dalam waktu tidak lama kedua anak Patih Logender itupun kalah dan tidak bisa berdiri lagi.
Dengan kekalahan Layang Seta dan Layang Kumitir, maka sebagai hukumannya, mereka bersama ayahnya Patih Logender harus meninggalkan Wilayah Majapahit, dan Damarwulan diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar Prabu Bre Wijaya
Ratu Ayu dan Damarwulan menjadi sepasang pengantin. Sri Ratu Ayu diangkat menjadi permaisuri Prabu Bre Wijaya. Sedangkan Dewi Anjasmara, Dewi Wahita dan Puyengan serta Puteri Sumur uPass menjadi garwa selir. Mereka hidup bahagia, walaupun nantinya akan mengalami kegoncangan diantara mereka, akibat hasutan Patih Logender walaupun sudah tinggal jauh dari luar Wilayah Majapahit.