Keumamah adalah masakan khas masyarakat Aceh, makanan ini menurut sejarahnya terlahir karena peperangan yang sangat tenar hingga saat sekarang. makanan yang unuk penuh dengan heroik. Ungkoet Kayee adalah nama lain dari kuemamah atau dalam bahasa indonesia adalah Ikan Kayu.
Walaupun namanya ikan kayu bukan berarti makanan ini terbuat dari kayu, namun sebenernya makanan ini berasal dari ikan laut yaitu ikan Tongkol, dalam sejarah Aceh keumamah menjadi lauk utama yang di bawa para pejuang aceh dalam perang gerilya.
Peperangan yang di mulai pada thanu 1873 banyk pejuang tyang bergerilya di hutan dan bersembunyio di kurok-kurok (lubang/tempat persembunyian di dalam tanah), Karena awwt dan tahan lama lah alasan kenapa kuliner yang satu ini menjadi favorite selain rasanya yang nikmat.
Proses pembuatan yang unik dan melalui tahap-tahap panjangnya tak salah jika membuat kuliner ini menjadi istimewa, melalui proses pengawetan yang biasa dilakukan masyarakat Aceh secara turun-temurun yaitu dimulai dari pembersihan, perebusan dengan menyertakan daun belimbing wuluh, ada juga yang menyertai dengan daun kuda-kuda.
Mungkin ini untuk membuat ikannya awet lama, kemudian setelah direbus selama 1 s/d 2 jam atau hingga masak ikan kemudian masuk kedalam proses penirisan, lalu pengeringan awal dengan sinar matahari sampai permukaan ikan kering.
Tak sampai disini, prosesnya masih berlanjut pada proses pengecilan ukuran, setiap ikan tersebut dipotong menjadi dua bagian, satu bagian ikan tersebut dipotong/dibelah memanjang menjadi 2 bagian lagi, sehingga potongan ikan menjadi 4 bagian.
Dengan terlebih dahulu memisahkan tulang-tulangnya, biasanya tulang tidak dibuang karena digunakan sebagai penyedap kuah atau masakan tradisional lainnya. Ikan-ikan ini dipotong dengan tujuan mempercepat proses pengeringan.
Selanjutnya adalah tahap penirisan dan pengeringan akhir, serta pengasapan selama beberapa minggu diatas langit-langit dapur sampai dagingnya mengeras. Setelah itu daging yang telah mengering tersebut kemudian dibalut dengan tepung tapioka agar tidak mengeluarkan bau dan tetap terjaga keawetannya.
Keumamah masih setengah jadi namun sudah bisa disantap dengan nasi tampa harus dimasak lagi, cukup direndam dengan air panas hingga keumamah-nya empuk dan disuwir-suwir, begitulah yang dilakukan para pejuang aceh tempo dulu pada saat berada di dalam peperangan yang serba terbatas.
Tapi percayalah kita akan bocorkan bagaimana mengolah keumamah ini hingga menajadi kuliner lezat yang begitu kaya dengan rasa khasnya bumbu-bumbu rempah tradisional Aceh. Banyak cara untuk memasak keumamah,masyarakat Aceh biasanya memasak dengan 2 cara, yaitu Keumamah Tumeh (tumis) dan kedua adalah Keumamah Kuah Leumak (kuah lemak).
Pembuatan Keumamah Tumeh sendiri tidaklah begitu rumit, bumbu dasar terdiri dari Asam Sunti (belimbing wuluh yang sudah dikeringkan), cabai rawit, bawang merah, bawang putih, sedikit kunyit, garam secukupnya yang di dihaluskan terlebih dahulu dan kemudian ditumis seperti biasa dengan minyak goreng dan diberikan daun Teumurue(daun kare khas Aceh).
Sedangkan Keumamah Kuah Leumak yang memiliki rasa masakan kuah khas Aceh ini terbentuk dari kombinasi bumbu-bumbunya yang tak jauh beda dengan tumis, diantaranya cabe rawit, Asam Sunti (belimbing wuluh yang sudah dikeringkan), bawang merah, cabe merah, kunyit secukupnya.
Bahan bumbu tersebut dihaluskan terlebih dahulu, kemudian di tumis dan setelah wangi harum barulah diberi Santan kelapa, serai, daun Teumurue (daun kare khas Aceh). Beberapa daerah di Aceh ada yang nenambahkan kedalam masakan dengan kentang atau telur bebek, agar tak pecah telur bebek tidak lagi diaduk. Demikian sekilas tentang kuliner Keumamah dari aceh