Riwayat Gunung Sunda Purba merupakan cikal bakal atau induk dari sejumlah gunung berapi di Jawa Barat. Gunung Sunda merupakan gunung berapi purba yang terletak di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Gunung Sunda diyakini sebagai induk dari Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, Gunung Burangrang, Gunung Putri. Setelah meletus, kawah raksasanya menjadi Danau Bandung Purba
Seiring berjalannya waktu, air Danau Bandung Purba mengering dan menjadi daratan yang dikenal sebagai Cekungan Bandung. Maka, jangan heran, Kota dan Kabupaten Bandung berada di tengah-tengah dasar cekungan itu. Bandung dikelilingi gunung-gunung yang merupakan sisa kaldera letusan Gunung Sunda Purba.
Konon, Gunung Sunda Purba lahir dari letusan gunung berapi sebelumnya, yakni, Gunung Jayagiri atau Pra-Sunda sekitar 500.000 sampai dengan 560.000 tahun lampau.
Menurut penuturan salah seorang sepuh atau orang tua yang berusia kurang lebih 85 tahun, yang berdomisili di Arjasari, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Gunung Sunda Purba dulu dikenal dengan nama Gunung Chuda yang dalam bahasa Sansekerta berarti putih.
Gunung ini dinamai dengan Gunung Chuda karena puncaknya selalu tertutup es atau salju, sehingga ada beberapa pengembara yang berasal dari negeri seberang (India) melihat dengan jelas Gunung Chuda dari kejauhan.
Diperkirakan si pengembara ini dapat melihat Gunung Chuda dari dataran Sumatera. Karena rasa penasaran yang tinggi, para pengembara tersebut mendatangi gunung tersebut, hingga akhirnya sampai di kawasan Gunung Chuda.
Akibat pelafalan penduduk lokal, kata chuda pun bergeser menjadi Sunda. Berhubungan dengan chuda memiliki arti putih, maka orang Sunda identik dengan masyarakatnya yang memiliki kulit cenderung putih.
Sejarah Letusan Gunung Sunda Purba
Van Bemmelen, seorang peneliti yang mempelajari geologi Bandung menjelaskan, sejarah Bandung dimulai dari zaman Miosen sekitar 20 juta tahun lalu. Pada zaman ini, Bandung barat masih berupa laut. Hal ini dibuktikan dari banyaknya temuan fosil koral yang membentuk terumbu karang di sepanjang bukit Rajamandala.
Sedangkan bukit pegunungan api berada di bagian selatan Pulau Jawa. Sekitar 14 juta hingga 2 juta tahun lalu, bagian laut mulai terangkat secara tektonik dan menjadi pegunungan. Kemudian 2 juta tahun lalu, terjadi aktivitas vulkanik pada pegunungan di utara dan membentuk gunung api purba yang dikenal dengan nama Gunung Sunda.
Gunung Sunda ini diperkirakan memiliki tinggi sekitar 4.000 meter di atas permukaan laut dan menjadi gunung tertinggi di Pulau Jawa saat itu. Saat ini sisa dari gunung purba tersebut adalah punggung bukit.
Gunung Sunda pernah meletus dan memunculkan kaldera baru yang sangat luas yang merupakan cikal bakal Gunung Tangkuban Parahu. Kaldera ini dikenal sebagai Kaldera Sunda yakni kaldera raksasa yang terbentuk sekitar 105.000 tahun yang lalu saat zaman Pleistosen. Kaldera ini juga meliputi keseluruhan Bandung Utara serta Cekungan Bandung.
Mochamad Nugraha Kartadinata, seorang geolog dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyatakan, letusan besar Gunung Sunda terbagi menjadi beberapa fase, yaitu fase pertama sekitar 210.000 hingga 128.000 tahun lalu.
Pada fase ini letusan disertai aliran lava dan episode 13 unit letusan, dalam satu unit letusan terjadi lebih dari satu kali letusan besar. Sekitar 105.000 tahun yang lalu, beberapa fase letusan yang menyebabkan runtuhnya badan Gunung Sunda hingga membentuk sebuah kaldera.
Pada fase ini terbagi menjadi tiga, yaitu, plinian, freatomagmatik, dan ignimbrit. Pada fase ignimbrit, terjadi lontaran material gunung hingga mencapai 66 km kubik dan menutupi area di radius 200 km persegi.
Material gunung berapi disemburkan hingga sejauh Citarum di selatan Rajamandala. Bahkan beberapa tempat rata-rata ketebalan material vulkanik yang disemburkan mencapai 40 meter.
Jumlah materi yang dilontarkan keluar dari gunung masih perkiraan. Apalagi jika material yang dihasilkan menyebabkan Gunung Sunda runtuh serta membentuk kaldera dengan luas sekitar 6,5X7,5 km.
Kaldera ini biasanya berusia cukup muda dibandingkan dengan Gunung Vatu yang sudah ada sejak dahulu atau sekitar 500.000 tahun lalu. Dengan berjalannya waktu, Kaldera tersebut mulai tumbuh menjadi Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, Gunung Burangrang, Danau Bandung Purba, dan Gunung Putri.
Seorang anggota Masyarakat Geografi Indonesia, T Bachtiar menyimpulkan, letusan Gunung Sunda di fase ketiga membendung Citarum Purba yang berada di utara Padalarang hingga membentuk sebuah danau raksasa, yaitu Danau Bandung Purba.
Dari Kaldera Gunung Sunda tersebut, kemudian muncul Gunung Tangkuban Parahu Tua yang meletus sekitar 90.000 hingga 10.000 tahun lalu sebanyak 30 unit letusan. Kemudian 12 unit letusan terjadi antara sekitar 10.000 hingga 50 tahun lalu pada Gunung Tangkuban Parahu Muda.
Sisa-Sisa Gunung Sunda Purba
Sisa-sia dari gunung purba raksasa yang terbentuk sekitar 2 juta tahun yang lalu adalah punggung bukit. Di sekitar Situs Lembang dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba.
Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara gunung, khususnya sebelah timur Sungai Cikapundung sampai gunung Manglayang, yang oleh Van Bemmelen disebut sebagai blok Pulasari.
Sisa lain dari Gunung Sunda Purba ini menurut Koesoemadinata dalam makalahnya “Asal-Usul dan Prasejarah Ki Sunda” adalah Bukit Putri yang berada di sebelah timur laut Lembang